"Saya bahkan bisa prediksi kalau melihat pola tahun lalu, maka letupan kembali saya prediksi bulan Januari - Februari 2022," kata Mahardika dalam gelar wicara virtual Waspada Mutasi Virus Dengan Protokol Kesehatan di Jakarta, Kamis.
Mahardika menuturkan belajar dari gelombang kasus COVID-19 yang melonjak pada periode-periode sebelumnya, tampak polanya mulai terbentuk di mana kasus mulai melonjak Desember 2020, Januari-Februari 2021 dan Juli 2021 terjadi letupan kasus sehingga diprediksi kasus akan melonjak lagi pada Januari-Februari 2022 karena mobilitas penduduk juga meningkat jelang akhir tahun.
Baca juga: Jangan euforia sebelum vaksinasi COVID-19 di atas 70 persen
Untuk itu, selain senantiasa menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, percepatan vaksinasi COVID-19 harus digenjot, dan itu yang sedang dilakukan Pemerintah Indonesia saat ini.
Mahardika mengatakan jika daerah-daerah mencapai target vaksinasi 70 persen atau bisa di atas 70 persen, maka jumlah tekanan pada sistem rumah sakit tidak akan sebesar seperti yang terjadi sebelumnya.
Ia berharap Pemerintah Indonesia segera mempercepat capaian target vaksinasi yang mana saat ini 1,5 juta orang divaksinasi per hari menjadi dua juta atau empat juta orang per hari, dan mengupayakan target vaksinasi 100 persen untuk seluruh penduduk demi melindungi segenap bangsa Indonesia.
"Untuk masyarakat yang belum divaksin, segera kalau sudah ada panggilan untuk vaksinasi, mohon silakan vaksinasi. Vaksin ini adalah bukti ilmiah kemajuan dunia kedokteran modern," ujar Mahardika.
Menurut Mahardika, bercermin dari yang terjadi di luar negeri pada umumnya ketika capaian vaksinasi negara itu sudah di atas 60 persen, maka jumlah orang yang meninggal dunia dan dirawat di rumah sakit tidak tinggi.
Ia menuturkan salah satu dampak dari percepatan dan peningkatan cakupan vaksinasi COVID-19 di atas 70 persen adalah jumlah orang yang masuk ke rumah sakit dan jumlah orang yang meninggal dunia sangat rendah, tetapi kasus bisa saja melonjak tajam.
"Vaksin sudah tersedia dengan cepat sehingga mungkin mudah-mudahan awal tahun 2022 kita sudah mengatakan virus masih ada di sekitar kita tapi dampak pandemi bisa kita minimalisir. Ini peran vaksin," kata Mahardika.
Baca juga: Pakar: Vaksinasi selamatkan diri dan orang lain dari COVID-19
Sementara itu, Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) mengatakan ada potensi gelombang ketiga COVID-19 terjadi sehingga perlu dilakukan pencegahan dan langkah antisipasi.
"Saya berpendapat bahwa potensinya (gelombang ketiga) ada. Namun, kita ini sebagai orang yang sudah cukup panjang perjalanannya negara, pemerintah kita, bangsa kita mengalami gelombang kedua dan betul-betul mengerikan, tidak nyaman. Saya kira kita harus berubah, kita harus berusaha bahwa potensi itu kita antisipasi sehingga tidak terjadi gelombang ketiga," ujar Erlina.
Langkah pencegahan yang harus terus diupayakan antara lain penerapan protokol kesehatan dengan disiplin, menjalani vaksinasi COVID-19 dan meningkatkan imunitas diri dengan pola hidup bersih dan sehat serta gizi seimbang.
"Kalau kita masih bisa bahu-membahu antara pemerintah dan masyarakat, sama-sama ingin terbebas menghadapi pandemi ini, mestinya kita bisa mengantisipasinya," ujarnya.
Erlina menuturkan cakupan vaksinasi COVID-19 harus makin ditingkatkan karena saat ini masih 24 persen padahal sudah menuju akhir 2021. Sementara, Pemerintah Indonesia memiliki target vaksinasi yakni 70 persen dari total penduduk.
"Waktu awal-awal dikatakan kan di akhir tahun Indonesia sudah bisa 70 persen (untuk capaian vaksinasi) nah ini masih agak jauh baru 24 persen, jadi memang perlu upaya untuk menggiatkan dan meningkatkan vaksinasi ini," katanya.
***3***
Baca juga: Angkie harap 6 provinsi jadi percontohan vaksinasi khusus disabilitas
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021