"Anak sering bengong, tatapannya kosong, ada anak yang tiap hari pergi, pamitnya mau memancing dan baru pulang saat petang," kata Dewi Saraswati dalam webinar bertajuk "Bersatu dan Bergerak #BersamaUntukAnak yang Kehilangan Orang Tua Akibat COVID-19" yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Baca juga: INSA beri santunan kepada 250 anak yatim terdampak pandemi COVID-19
Tak hanya itu, lanjutnya, perubahan sikap lainnya, di antaranya anak kerap menggigit kuku dan menunduk. Ada juga yang tidak keluar rumah. "Ada yang sering tidur. Tidurnya berlebihan," katanya.
Pihaknya juga menemukan ada anak yang ketika melihat perempuan yang wajahnya mirip ibunya, anak tersebut langsung memeluk erat perempuan itu.
Sejumlah perubahan perilaku itu diketahui dari riset yang dilakukan SOS Children's Villages Indonesia di Kota Semarang, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.
Dalam risetnya, pihaknya tidak menemukan adanya kekerasan yang dialami anak-anak tersebut. Selain itu, belum ada pembedaan pola pengasuhan pengasuh terhadap anak kandung pengasuh dengan anak yatim piatu.
Baca juga: Ketua DPD apresiasi Polda Jatim asuh anak yatim piatu korban COVID-19
Baca juga: Risma beri bantuan penanganan anak yatim piatu korban COVID-19
Anak-anak ini, katanya, rentan mengalami kekerasan bila mereka tidak mendapat pendampingan psikososial.
"Kami melihat cukup berisiko bagi anak yang tidak dapat pendampingan psikososial. Ketika mereka punya perilaku yang tidak diharapkan dan pengasuh belum siap secara mental dan ekonomi, ini sangat berisiko bagi anak dan dapat mengalami kekerasan fisik dan emosi," katanya.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021