Anggota Komisi IX DPR Nurhadi mengatakan ulama dan tokoh masyarakat memiliki peran yang sangat besar dalam mengajak masyarakat agar mengikuti program vaksinasi COVID-19.
"Pendekatan melalui ulama atau tokoh agama, tokoh masyarakat dan akademisi harus lebih ditonjolkan, selain peran serta pemerintah dalam rangka meningkatkan capaian vaksinasi guna menciptakan kekebalan komunal di masyarakat," kata Nurhadi dalam keterangan di Jakarta Jumat.
Nurhadi mengatakan pendekatan ulama dan tokoh juga diharapkan hadir di Aceh mengingat masih cukup banyak masyarakat di sana yang belum divaksin.
Menurut dia masyarakat Aceh agamis dan berpendidikan. Karena itu, pendekatan melalui ulama akan tepat dalam meningkatkan capaian vaksin.
Beberapa hari lalu, puluhan orang mendatangi lokasi vaksin dan mengusir tenaga vaksinasi di tempat pendaratan ikan (TPI) Ujong Serangga, Desa Padang Baru, Kabupaten Aceh Barat Daya. Massa mengobrak-abrik meja petugas yang saat itu sedang memvaksin.
Nurhadi yakin peristiwa di Aceh itu tidak akan mempengaruhi antusiasme masyarakat di daerah lain untuk mengikuti vaksinasi COVID-19.
"Saya rasa saat ini animo masyarakat sudah sangat tinggi untuk ikut program vaksinasi," kata Nurhadi.
Baca juga: Penerima vaksin COVID-19 dosis lengkap mencapai 51.113.360 orang
Baca juga: Pemkab Sidoarjo yakin target vaksinasi 70 persen tuntas 3 hari lagi
Baca juga: Penerima vaksin COVID-19 dosis lengkap mencapai 51.113.360 orang
Baca juga: Pemkab Sidoarjo yakin target vaksinasi 70 persen tuntas 3 hari lagi
Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan sependapat soal pendekatan ulama dan tokoh masyarakat harus lebih dimaksimalkan di Aceh.
"Perlu pendekatan kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat agar mereka dapat menjadi contoh dan mengimbau warga atau umatnya untuk segera vaksinasi," ujar Iwan Ariawan.
Menurut Iwan pemerintah daerah setempat juga perlu mengerti mengapa masyarakat tersebut menolak vaksinasi. Pemda juga perlu mengetahui siapa yang dipercaya oleh masyarakat.
Kemudian, dia menilai perlunya komunikasi yang sesuai dengan kondisi sosial-budaya masyarakat setempat. Dia menduga ketakutan terhadap efek samping atau alasan kepercayaan menjadi pemicu masyarakat tersebut menolak ikut vaksinasi.
"Kejadian tersebut harus diinvestigasi dan dilakukan tindakan koreksi," ucap dia.
Sedangkan sosiolog dari Universitas Gadjah Mada Sunyoto Usman menilai banyak faktor yang bisa membuat masyarakat masih enggan mengikuti vaksinasi.
Baca juga: PON tingkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 di Papua
Baca juga: PON tingkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 di Papua
"Salah satunya ada sejumlah tokoh panutan yang tidak percaya ada COVID-19, lalu tidak ada gunanya vaksin," kata Sunyoto.
Pandangan tokoh tersebut kemudian berkembang melalui berbagai media tradisional dan modern, lalu menjadi referensi banyak orang.
"Sosialisasi vaksin seharusnya tidak individual, tapi melibatkan tokoh-tokoh yang jadi panutan," tutur Sunyoto.
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021