"Riset bioteknologi sudah banyak dilakukan, tetapi mungkin hilirisasi masih perlu dorongan dan kolaborasi banyak pihak," kata Rektor UI Prof. Ari Kuncoro dalam sambutannya yang dibacakan oleh Wakil Rektor UI Bidang SDM dan Aset Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, Jumat.
UI menyambut gembira kolaborasi antara industri bioteknologi dan penyelenggara Kesehatan, sebagaimana program pemerintah bahwa kolaborasi riset antara perguruan tinggi dan industri perlu terus dilakukan untuk mendorong hilirisasi riset.
Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi drg. Nurtami, Ph.D., Sp.OF(K) yang mewakili Rektor UI, Direktur Utama PT Etana Biotechnologies Indonesia Nathan Tirtana, dan Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika IHC Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV (K), MPH.
Baca juga: Laznas BSMU donasikan Rp106 juta untuk vaksinasi di kampus UI
Baca juga: Vaksin bisa mengeliminasi penyakit hingga 90 persen
Rektor mengatakan bahwa penandatanganan PKS ini merupakan bukti konkret kontribusi Universitas Indonesia dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan dan menciptakan ketahanan kesehatan Nasional.
"Kolaborasi antara universitas selaku institusi pendidikan tinggi dan industri kesehatan sangat penting dilakukan, karena melalui kolaborasi ini dapat diciptakan solusi-solusi atas permasalahan yang terjadi di negara ini, terutama di bidang kesehatan," ujar Ari.
Ia mengatakan untuk menghasilkan pengetahuan dan produk yang berdampak bagi masyarakat Indonesia, sumber daya manusia dan riset di perguruan tinggi, dan kolaborasi dengan pelaku usaha dan institusi kesehatan, perlu disiapkan untuk memperkuat peran bioteknologi yang mendukung layanan kesehatan.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi drg. Nurtami, Ph.D. mengatakan Bioteknologi telah berkembang di Indonesia sejak lama dan pergerakannya dipengaruhi setidaknya oleh tiga faktor pendukung.
Faktor pertama adalah penelitian dalam bidang bioteknologi. Faktor kedua adalah sumber daya manusia dalam pengembangan produk dan implementasi hasil riset bioteknologi. Faktor ketiga adalah sarana dan prasarana pendidikan dan penelitian bioteknologi, kekuatan industri, dan fasilitas layanan kesehatan.
Direktur Utama PT Etana Biotechnologies Indonesia, Nathan Tirtana, mengatakan PT Etana Biotechnologies Indonesia sebagai salah satu perusahaan kesehatan di Indonesia terus berupaya melakukan penelitian dan pengembangan produk khususnya obat-obatan yang berbasis bioteknologi.
Etana memiliki tujuan untuk melayani pasien dengan menyediakan produk biofarmasi berkualitas tinggi, terjangkau dan inovatif dengan semangat untuk meningkatkan layanan kesehatan di Indonesia.
"Kami berharap tercipta sinergi yang baik lintas industri dalam membantu perkembangan ekosistem industri kesehatan, khususnya obat berbasis biofarmasi untuk mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan dan menciptakan ketahanan kesehatan nasional," ujarnya.
Direktur Utama Pertamedika IHC, Dr.dr Fathema Djan Rachmat, menyampaikan bahwa kerja sama ini ditujukan untuk penelitian dalam menemukan pengobatan atau terapi kanker baru.
"Harapan saya kerja sama ini dapat menjadi suatu kolaborasi baru yang menciptakan nilai baru dalam pengobatan kanker. Tidak saja karena obat-obatan ini diproduksi di Indonesia sehingga akan menghasilkan terapi dengan harga yang ekonomis dan terjangkau, namun yang membanggakan buat kita adalah, bahwa obat-obatan ini diproduksi di negeri sendiri, dan dibuat oleh tangan-tangan ahli anak bangsa ini," ujarnya.*
Baca juga: Fasilkom UI tawarkan perkuliahan daring untuk masyarakat melalui MOOC
Baca juga: Mahasiswa Vokasi UI raih medali emas dan perak sepatu roda PON Papua
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021