• Beranda
  • Berita
  • Prangko Ratu Victoria Catatkan Rekor Penjualan di Hongkong

Prangko Ratu Victoria Catatkan Rekor Penjualan di Hongkong

24 Januari 2011 20:25 WIB
Hongkong (ANTARA News) - Seperangkat prangko Hongkong dari abad ke-19, yang menampilkan wajah Ratu Victoria, mencatat rekor penjualan 820.000 dolar Amerika Serikat (AS) pada lelang di bekas jajahan Inggris tersebut, kata penyelenggara pada Senin.

Seperangkat prangko warna kuning terdiri atas empat lembar itu disebutkan "sangat langka" oleh penyelenggara dengan menekankan warna prangko, yang tidak biasa, karena kesalahan cetak, meski sebelumnya diperkirakan harganya dapat mencapai 1,5 juta dolar Amerika Serikat.

Jumlah tersebut merupakan harga tertinggi, yang pernah dibayarkan di wilayah China selatan untuk seperangkat prangko Hongkong, yang disebutkan diperoleh seorang pembeli tanpa nama.

Angka nominal di setiap prangko adalah 96 sen Hongkong (12 sen dolar Amerika Serikat dengan nilai saat ini).

Penjualan prangko dan uang kertas, yang dijual rumah lelang Spink pada Minggu, mengakhiri pekan lelang sibuk di Hongkong dengan koleksi anggur milik komposer Inggris Andrew Llyod Webber menarik angka jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan, yaitu 5,6 juta dolar Amerika Serikat di rumah lelang Sotheby`s.

Lelang anggur lain mencapai sekitar 10,8 juta dolar, di atas perkiraan penyelenggara, 9 juta dolar.

"Kami senang, karena mengetahui peranserta besar warga Hongkong, China daratan dan pelanggan Asia kami bersama dengan berbagai penawar di Amerika," kata ketua eksekutif penyelenggara lelang Acker Merral&Condit, John Kapon, yang mengatur lelang tersebut.

Hongkong muncul menjadi pusat lelang terbesar ketiga dunia setelah New York dan London, sebagian besar karena pertumbuhan cepat jumlah jutawan China.

Warga China daratan adalah pelanggan tetap penjualan barang seni kelas atas, perhiasan dan anggur, dan Hongkong menjadikan dirinya pusat anggur untuk Asia dan juga gerbang ke pasar luas China.

Kota itu dikembalikan ke Beijing oleh penguasa jajahan Inggris pada 1997, namun tetap menjaga kedudukan semi-otonom di dalam China.
(Uu.KR-DLN/B002/P003)


Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011