• Beranda
  • Berita
  • Emas Krisna Septiana dan harapan dayung Indonesia

Emas Krisna Septiana dan harapan dayung Indonesia

5 Oktober 2021 09:04 WIB
Emas Krisna Septiana dan harapan dayung Indonesia
Atlet asal Jawa Barat Krisna Septiana menunjukkan medali emas setelah finis tercepat pada cabang olahraga dayung nomor slalom atau adu cepat dayung dengan rintangan di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021 di Teluk Youtefa, Jayapura, Minggu (3/10/2021). ANTARA/Shofi Ayudiana/am.

Itu sudah mimpi saya juga bisa masuk pelatnas, bisa tampil di kejuaraan internasional seperti SEA Games dan Asian Games

Atlet dayung asal Jawa Barat Krisna Septiana (19) masih tak menyangka bisa mencatatkan waktu tercepat pada perlombaan nomor kayak slalom Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021 di Teluk Youtefa, Jayapura, Minggu (3/10).

Pada debutnya di PON, Krisna mencatatkan waktu di bawah satu menit dengan catatan 57,098 detik saat menghadapi Silas Rerey dari Papua di laga final dan memastikan medali emas untuk kontingen Jawa Barat.

Atlet asal Purwakarta itu jauh mengungguli enam pedayung pesaingnya dari Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Papua Barat, Sulawesi Tenggara, tuan rumah Papua yang memilik catatan waktu di atas satu menit.

Baca juga: Jawa Barat boyong tiga emas dayung slalom PON Papua

Krisna bahkan mampu menyingkirkan mantan atlet pelatnas Arifal dari Banten yang merebut perak setelah mencatatkan waktu 1 menit 4,383 detik. Sedangkan perunggu jatuh kepada Boy Sandi dari Sumatera Selatan dengan waktu 1 menit 6,201 detik.

“Target dari awal memang medali, tapi saya tidak menyangka bisa dapat emas. Tadi (cuaca) panas dan sempat gugup, deg-degan juga melawan tuan rumah di final. Berbeda dengan babak penyisihan” kata Krisna saat diwawancarai seusai perlombaan.

“Catatan waktu melebihi target, lebih bagus yang sekarang. Sebelumnya (di babak penyisihan) waktunya satu menit dua detik. Tapi sekarang bisa di bawah satu menit,” ujar dia menambahkan.

Krisna sebetulnya sudah menunjukkan dominasinya sejak babak penyisihan, Sabtu (2/10). Dia mencatatkan waktu 1 menit 2,677 detik. Sedangkan enam pesaingnya, yaitu Tohir (Sumatera Barat) memiliki waktu 1 menit 15,832 detik, Boy Sandi (Sumatera Selatan) 1 menit 10,949 detik, Silas Rerey (Papua) 1 menit 8,981 detik, Jimy Robaha (Papua Barat) 1 menit 15,832 detik, Sahrul Gunawan (Sulawesi Tenggara) 2 menit 9,128 detik.

Baca juga: Hasil dayung hari ini: Riau, Sultra, dan Papua tambah satu emas

Sementara itu, Arifal yang pernah membela Indonesia pada final nomor kayak slalom Asian Games 2018 Jakarta-Palembang mencatatkan waktu 1 menit 19,598 detik.

Catatan waktu Krisna menjadi yang catatan terbaik nasional yang ada saat ini pada cabang kayak slalom.

Namun menurut Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) Budiman Setiawan, terlalu sulit untuk menetapkan rekor nasional dalam cabang olahraga air tersebut.

“Karena setiap arena dayung seperti yang ada di Jakabaring, Jatiluhur, dan di Papua kan berbeda-beda kondisi air dan anginnya jadi sulit sekali untuk menetapkan rekor di dayung. Tapi bisa saja disebut sebagai catatan terbaik, bukan rekor,” kata Budiman.

Meski demikian, pecah rekor atau pun tidak, capaian pedayung remaja ini seakan memberikan harapan besar untuk cabang olahraga dayung di Indonesia.

Baca juga: Jawa Barat tambah dua emas dari dayung PON Papua


Kemauan sendiri

Krisna mulai mengenal dayung saat masuk Sekolah Menengah Atas (SMA).Dengan kemauan sendiri, atlet kelahiran 15 September 2002 itu nekat ikut latihan bersama tim pelatnas dayung slalom di Waduk Jatiluhur, Purwakarta yang berada di dekat rumahnya. Pelatnas dayung saat itu sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi Asian Games 2018.

Setelah beberapa kali ikut latihan bersama, dia kemudian ditunjuk untuk mewakili sekolahnya dalam Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat 2018. Dalam debutnya di kompetisi dayung, dia merebut perunggu nomor kayak slalom.

Selain kayak slalom, Krisna juga sempat menekuni nomor sprint kano dan terpilih untuk mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) dayung di Jambi pada 2019. Dalam debutnya di ajang tingkat nasional, dia berhasil membawa pulang perak pada nomor sprint kano ganda jarak 1000 meter putra.

Perunggu di Porda dan perak di Kejurnas membuat dia dilirik untuk mengikuti seleksi masuk pemusatan latihan daerah (daerah) hingga akhirnya lolos dan dapat mewakili Jawa Barat di PON Papua.

Krisna “hanya” butuh dua tahun latihan untuk PON Papua, tapi dia berhasil mengubah perunggunya di Porda menjadi warna emas pada multicabang nasional empat tahunan yang pertama kalinya digelar di Bumi Cenderawasih.

Baca juga: Maluku amankan tiga tiket final cabang dayung PON Papua

Dia pun sangat bersyukur atas perhatian besar yang diberikan pemerintah dan KONI Jawa Barat kepadanya, mulai dari fasilitas perahu, makanan, suplemen, hingga mess.

“Perhatian pemerintah dan KONI Jawa Barat mendukung sekali. Fasilitas enak sekali, kita hanya perlu berlatih. Fasilitas aman mulai dari perahu, mess, makan sudah terjamin,” ucapnya.

Waktu latihan selama dua tahun serta pengorbanan meninggalkan rumah pun tak sia-sia karena debutnya mampu menghasilkan sekeping emas pertamanya.

Atas capaian tersebut, Krisna berpeluang mendapat tiket untuk bergabung ke pemusatan latihan nasional (pelatnas) dalam usianya yang masih relatif muda serta menjadi harapan bagi cabang dayung Indonesia.

“Setelah PON ini, harapan saya bisa masuk pelatnas. Itu sudah mimpi saya juga bisa masuk pelatnas, bisa tampil di kejuaraan internasional seperti SEA Games dan Asian Games,” tuturnya.

Baca juga: Arena dayung PON Papua perlu dikelola sebagai destinasi wisata


Seleksi menuju pelatnas

Di tengah dominasi atlet tim nasional dayung di PON Papua, Krisna menjadi salah satu atlet non-pelatnas yang sukses merebut medali emas.

Pelatih kepala dayung Indonesia M Suryadi mengatakan bahwa peraih emas cabang kano dan kayak di PON Papua 2021 masih didominasi atlet yang tergabung dalam pelatnas, bahkan hingga hari terakhir perlombaan nomor tersebut di Teluk Youtefa, Jayapura, Minggu (3/10).

Menurut Suryadi, kondisi tersebut lebih banyak dipengaruhi perbedaan jangka waktu latihan di setiap daerah. Belum lagi situasi pandemi COVID-19 yang mempengaruhi kebijakan daerah dalam menentukan dimulainya pelatda.

Sementara itu, para atlet penghuni pelatnas terus melakukan latihan secara kontinyu untuk menghadapi berbagai kejuaraan internasional.

“Secara umum masih anak-anak pelatnas yang dominan. Tapi bukan berarti teman-teman di daerah tidak melatih, tapi mungkin waktu latihannya belum terlalu panjang karena berbagai daerah berbeda kapan mulai pelaksanaannya latihannya,” kata Suryadi.

Sepanjang perlombaan dayung kano dan kayak yang telah dimulai sejak 27 September lalu, sejumlah atlet pelatnas mendominasi raihan emas PON Papua.

Baca juga: Peraih emas dayung PON Papua masih didominasi atlet pelatnas

Mereka di antaranya peraih emas kano double 1000 meter Muhammad Yunus Rusrandi, peraih emas kano satu 200 meter Dayumin, dan peraih emas kayak single putra 1000 meter dan 200 meter Maizir Riyondra.

Selain itu, ada juga Andri Agus Mulyana yang merebut emas kayak empat 500 meter, peraih emas kano slalom Reski Wahyuni, dan Stevani Maysche Ibo yang membawa pulang emas nomor kayak single 200 dan 500 meter putri.

Meski demikian, Suryadi melihat masih ada beberapa atlet daerah potensial lainnya yang layak mendapatkan promosi untuk bergabung dalam pelatnas usai PON Papua nanti.

Suryadi menyebut akan ada 48 atlet kano/kayak yang dipersiapkan untuk memperkuat tim nasional dayung Indonesia dalam menghadapi berbagai multicabang internasional, termasuk SEA Games dan Asian Games 2022.

“Ada 48 atlet yang kami siapkan untuk SEA Games, tapi kami berharap bisa menambah (atlet) ke depannya karena selain SEA Games ada Asian Games di tahun yang sama.”

“Artinya kami harus lebih fokus di dua multievent itu karena dengan adanya SEA Games dan Asian Games di tahun yang sama kami harus betul-betul menyiapkan lebih banyak atlet agar bisa lebih selektif,” pungkas dia.

Baca juga: Maluku protes insiden tabrakan perahu dengan atlet Papua

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021