• Beranda
  • Berita
  • Menperin: Beberapa negara serius jadikan batik komoditas ekspor

Menperin: Beberapa negara serius jadikan batik komoditas ekspor

6 Oktober 2021 11:32 WIB
Menperin: Beberapa negara serius jadikan batik komoditas ekspor
Ilustrasi - Sejumlah perajin membatik dengan bahan alami di Jarum, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.

Industri batik telah berperan penting bagi perekonomian nasional dan berhasil menjadi market leader pasar batik dunia

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan meskipun batik Indonesia merupakan komoditas paling terkenal di dunia, namun saat ini produk tersebut ditemukan di banyak negara seperti Malaysia, Thailand, India, Srilanka, Iran, dan negara-negara di benua Afrika, bahkan beberapa negara menjadikan batik sebagai komoditas ekspornya.

"Penggunaan batik di dunia dewasa ini semakin populer, sehingga menjanjikan potensi ekonomi yang sangat besar. Beberapa negara seperti Tiongkok, Vietnam, dan Malaysia secara serius menjadikan batik sebagai komoditas ekspor," kata Menperin saat menghadiri Puncak Perayaan Hari Batik Nasional secara virtual di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Menperin galakkan tradisi memakai batik asli Indonesia

Menurut Agus, negara-negara tersebut terus mengembangkan mesin batik printing yang semakin canggih, termasuk meniru desain dan corak batik Indonesia dengan tujuan merebut pasar-pasar yang selama ini diisi batik Indonesia, bahkan pasar di domestik RI.

Dengan semakin populernya batik di dunia, lanjut Menperin, persaingan global, termasuk gempuran produk impor, merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh industri batik Indonesia.

Tantangan lain yang dihadapi oleh industri batik Indonesia adalah faktor sumber daya manusia (SDM).

Dalam industri batik, menurut dia, jumlah tenaga kerja dengan kualitas dan keterampilan yang tinggi sangat diperlukan. Kebutuhan SDM yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan inovasi desain sangat penting.

Sementara jumlah SDM yang memiliki keterampilan dan kemampuan desain sangat sedikit. Pembatik tulis jumlahnya semakin terbatas dan banyak yang telah berusia lanjut.

"Karena itu, perlu ada upaya-upaya serius untuk mempercepat proses regenerasi seni batik tulis. Ini tentunya harus digalakkan di kalangan generasi muda dengan menumbuhkan minat dan keterampilan di kalangan mereka untuk terjun ke industri batik," ujar  Agus.

Kemenperin melalui Balai Besar Kerajinan dan Batik terus menerus melakukan berbagai kegiatan pendidikan, pengembangan desain, dan promosi agar perkembangan batik Indonesia tetap memiliki regenerasi yang baik dan memiliki daya saing global serta diminati oleh pasar.

Kemenperin mencatat, capaian ekspor batik pada 2020 mencapai 532,7 juta dolar AS dan pada triwulan I 2021 mencapai 157,8 juta dolar AS.

Menurut Menperin, industri batik telah berperan penting bagi perekonomian nasional dan berhasil menjadi market leader pasar batik dunia.

Baca juga: Pengrajin batik Kediri manfaatkan medsos perluas pasar hasil produksi
Baca juga: Menperin nilai batik Indonesia kekayaan luar biasa

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021