"Penerapan protokol kesehatan secara ketat itu diberlakukan sejak sekolah kami mulai melaksanakan PTM terbatas, pada Jumat (1/10) lalu," kata Kepala SMAK 1 BPK Penabur Jakarta Barat, Sylviana Chrisyan, di Jakarta Barat, Rabu.
Menurut Sylviana, penerapan protokol kesehatan diberlakukan mulai dari siswa di sekolah, selama belajar di sekolah, hingga pulang ke rumah.
Sylviana menjelaskan, protokol kesehatan yang harus diterapkan para siswa dalam menjalankan PTM terbatas, yakni mengisi formulir "self assessment" secara online yang disediakan sekolah, sehari sebelum masuk sekolah.
Dalam formulir "self assessment" itu ada bebarapa pertanyaan mengenai kondisi kesehatan siswa yang harus dijawab secara jujur. "Formulir itu hanya dapat diakses oleh siswa yang sudah disuntik vaksin," katanya.
Dalam formulir itu ada sejumlah pertanyaan, antara lain, apakah siswa dalam kondisi sehat? Apakah dalam sepekan hari ini ada anggota keluarga yang sakit atau tidak?
"Apakah siswa berangkat ke sekolah menggunakan kendaraan pribadi atau umum? Kalau naik kendaraan umum harus kendaraan umum yang private," katanya.
Sylviana menambahkan, jika siswa dinyatakan layak masuk sekolah berdasarkan isian formulir tersebut, maka siswa akan diberikan QR code sebagai syarat masuk ke sekolah.
Baca juga: Menjelang PTM tahap dua, 72.500 siswa di Jakbar sudah divaksin
Siswa yang datang ke sekolah, wajib memakai masker, dan diukur temperatur tubuhnya oleh petugas menggunakan thermogun. Kemudian, siswa wajib mencuci tangan dengan sabun menggunakan air mengalir di wastafel yang sudah disediakan sekolah di depan kelas masing-masing.
Di dalam kelas, tempat duduk siswa juga sudah diatur berjarak dan kapasitasnya maksimal hanya 50 persen.
Kegiatan belajar juga dilakukan bersamaan antara siswa yang hadir di sekolah dengan siswa yang mengikuti pelajaran secara daring dari rumah.
Pada Rabu hari ini, 268 siswa kelas X,XI, dan XII yang mengikuti PTM terbatas dari 946 siswa di sekolah tersebut. "Karena sampai pekan ini masih masa uji coba, saya pikir jumlah 268 siswa itu cukup baik," katanya.
Sylviana menjelaskan, masih lebih banyaknya siswa yang belajar secara daring dari rumah, karena orang tuanya belum mengizinkan siswa belajar dari sekolah. "Masih khawatir tertular COVID-19. Kami menghargai keputusan orang tua siswa," katanya.
Baca juga: 226 sekolah di Jakarta Barat ajukan asesmen untuk PTM tahap 2
Baca juga: Evaluasi PTM di Jakarta Barat, sekolah disarankan tambah "thermogun"
Pewarta: Walda Marison
Editor: Riza Harahap
Copyright © ANTARA 2021