"Jika lahirnya Budi Utomo menandai Kebangkitan Nasional pertama, Deklarasi Nasional yang dilakukan di Yogyakarta ini adalah tanda lahirnya Kebangkitan Nasional kedua," kata Ketua Umum GKRS Wisnu HKP Notonagoro di Yogyakarta, Sabtu.
Menurutnya, tujuan utama Deklarasi Nasional adalah mengingatkan seluruh bangsa Indonesia bahwa bangsa dan negara kembali terjajah oleh bangsa lain, tidak dalam penjajahan fisik, tapi pada sejumlah kebijakan seperti politik, ekonomi bahkan pertahanan dan keamanan.
Wisnu mengatakan, GKRS adalah organisasi nirlaba, nonpartisan, lintas sektoral dan berkeinginan untuk membangun kembali peradaban bangsa dan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
Ia menyebutkan alasan dipilihnya Yogyakarta sebagai tempat digelarnya Deklarasi Nasional tersebut adalah karena Yogyakarta merupakan simbol dbudaya Jawa dan benteng terakhir budaya Nusantara.
Deklarasi itu dihadiri sejumlah tokoh seperti mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana (purn) Slamet Subiyanto, Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Prof Djohar dan Dr Martino Sardi dari Pusat Peneliti Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Slamet Subiyanto mengajak sekitar 200 orang yang hadir untuk berikrar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang isinya pengamalan sila-sila dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara Djohar berharap, gerakan ini menjadi gerakan realistis, nyata, dan dinamis. Selain deklarasi, dilantik pula pengurus Koordinator Wilayah GKRS DIY dengan anggota Dewan Pertimbangan GBPH Prabukusumo.(*)
E013/N002
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011