Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebutkan stunting pada usia bayi berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia usia produktif.Riset Bank Dunia menunjukkan 54 persen SDM usia produktif di Indonesia dulunya pernah mengidap stunting.
"Kondisi stunting ini sangat memprihatinkan, punya pengaruh signifikan terhadap kualitas SDM terutama usia produktif," kata Muhadjir Effendy dalam acara bertajuk "Peluncuran Buku Indonesia Menuju 2045" yang disiarkan secara daring di Jakarta, Rabu.
Riset Bank Dunia menunjukkan 54 persen SDM usia produktif di Indonesia dulunya pernah mengidap stunting.
"Lima puluh empat persen SDM kita adalah mantan-mantan stunting. Padahal kalau orang sudah kena stunting pada 1.000 hari pertama kehidupan, itu diintervensi apapun maka dia tidak akan bisa tumbuh optimal seperti seharusnya," katanya.
Muhadjir mengatakan untuk mendukung Indonesia Emas di tahun 2045, penanganan stunting sangat penting. "Kita kalau membangun SDM Indonesia tahun 2045 tidak bisa diambil dari yang tengah tanpa dimulai dari yang paling awal yakni 1.000 hari awal kehidupan," katanya.
Presiden Joko Widodo memberikan perhatian besar terhadap masalah stunting dengan memberikan target penurunan kasus stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024. Saat ini kasus stunting masih 27,6 persen atau dari setiap 10 kelahiran, tiga bayi di antaranya mengalami stunting.
Muhadjir menambahkan presiden juga menekankan masalah stunting adalah persoalan keluarga.
"Sekarang sudah ada kebijakan presiden yang cukup radikal. Stunting tidak dilihat sebagai penyakit, tapi dilihat dari persoalan pembangunan rumah tangga. Yang menangani BKKBN karena ini urusan pembangunan keluarga," paparnya.
Baca juga: BKKBN atasi stunting lewat edukasi pengasuhan pada keluarga
Baca juga: Pantau kenaikan berat badan bumil cegah risiko bayi gagal tumbuh
Baca juga: Dampak bila remaja alami kurang gizi kronis
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021