"Data interim uji klinik fase tiga menunjukkan efikasi yang baik dari vaksin Zifivax, termasuk terhadap Virus SARS CoV-2 varian Delta sebesar 77,47 persen," ujar Penny K. Lukito dalam konferensi pers izin EUA Vaksin Zifivax yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan, efikasi terhadap varian lainnya, seperti varian Alfa mencapai 92,93 persen, Gamma (100 persen), dan Kappa (90,0 persen).
Ia menambahkan, untuk efikasi vaksin Zifivax secara umum mencapai 81,71 persen dihitung mulai tujuh hari setelah mendapatkan vaksinasi lengkap. Dan 81,4 persen bila dihitung mulai 14 hari setelah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Baca juga: BPOM keluarkan izin EUA vaksin Zifivax
Baca juga: Satgas: Penggunaan vaksin Pfizer masih mengacu izin darurat BPOM
"Saya kira masih konsisten, ya, sekitar 81 persen," ucapnya.
Penny menambahkan, dari hasil uji klinik yang dilakukan, pemberian Vaksin Zifivax secara umum dapat ditoleransi dengan baik.
Ia mengemukakan, efek samping lokal yang paling sering terjadi adalah timbul nyeri pada tempat suntikan, sementara efek sistemik yang paling sering terjadi adalah sakit kepala, kelelahan, demam, nyeri otot (myalgia), batuk, mual (nausea), dan diare dengan tingkat keparahan grade 1 dan 2.
"Saya kira itu adalah yang biasa atau common terjadi," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Penny juga menyampaikan bahwa Vaksin Zifivax belum diindikasikan untuk penggunaan booster.
Ke depannya, apabila akan digunakan sebagai vaksin booster, baik vaksin Zifivax maupun vaksin lainnya harus melalui uji klinik booster yang dilakukan setelah diketahui data respons imun persisten dari uji klinik primer.
"Penggunaan vaksin dengan indikasi booster dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Badan POM," katanya.*
Baca juga: BPOM terbitkan EUA vaksin Janssen dan Convidecia
Baca juga: Empat produsen vaksin COVID-19 ajukan registrasi EUA di Indonesia
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021