• Beranda
  • Berita
  • BRIN lakukan kajian riset untuk identifikasi permukiman kumuh

BRIN lakukan kajian riset untuk identifikasi permukiman kumuh

7 Oktober 2021 20:41 WIB
BRIN lakukan kajian riset untuk identifikasi permukiman kumuh
Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) M Rokhis Khomarudin (bawah) memberikan presentasi dalam Webinar Talk to Scientists: Riset dan Inovasi untuk Indonesia Tangguh Bencana di Jakarta, Kamis (7/10/2021). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) M Rokhis Khomarudin sedang melakukan kajian riset untuk bisa mengidentifikasi permukiman kumuh.

"Ini salah satu kerja sama kami dengan Kementerian Sosial yang bisa mendeteksi apakah penerima bantuan sosial (bansos) ini berada di permukiman kumuh atau tidak. Ini sedang kami kaji bagaimana melihat permukiman-permukiman kumuh kemudian nanti bisa dihubungkan dengan data koordinat dari penerima bansos," kata Rokhis dalam Webinar Talk to Scientists: Riset dan Inovasi untuk Indonesia Tangguh Bencana di Jakarta, Kamis.

Dengan menghubungkan teknologi penginderaan jauh dan data koordinat tempat tinggal para penerima bansos, maka dapat diketahui kondisi permukiman sesungguhnya yang ditempati para penerima bansos, apakah memang di permukiman kumuh.

"Tetapi ini masih di dalam proyek percontohan belum bisa operasional karena kita masih menunggu data-data dari Kementerian Sosial untuk lokasi penerima bansos tersebut. Kita masih uji coba di kota Bandung," ujarnya.

Baca juga: BRIN kembangkan metode analisis kesehatan danau dan DAS

Baca juga: BRIN: Riset kebencanaan perlu libatkan masyarakat


BRIN juga sedang melakukan kajian riset untuk dapat mendeteksi atau memperkirakan letusan gunung api sehingga dapat memberikan peringatan dini prekursor letusan gunung api.

Rokhis mengatakan peringatan dini prekursor letusan gunung api tersebut dilakukan dengan menganalisa data satelit penginderaan jauh untuk mendeteksi suhu permukaan daratan. Jika hasil analisa menunjukkan perubahan suhu yang sangat signifikan, maka itu bisa berpotensi letusan gunung api.

"Suhu permukaan daratannya kita deteksi, kemudian kita analisis, kalau ada perubahan yang sangat signifikan, itu bisa kita berikan peringatan bahwa potensi letusan gunung api bisa terjadi di daerah tersebut," ujarnya.

Rokhis menuturkan pihaknya juga melakukan analisis deformasi atau perubahan bentuk pada permukaan tubuh gunung api sebelum letusan terjadi.

Menurut Rokhis, jika sudah terjadi letusan, maka sangat mudah menganalisa deformasi gunung api. Namun, menjadi suatu tantangan untuk dapat menganalisa deformasi sebelum letusan terjadi.

Karena salah satu prekursor letusan gunung api adalah adanya perubahan bentuk lahan atau deformasi, sehingga penting untuk menganalisa dan memahami deformasi gunung api.

"Ini sedang dalam kajian kami. Jadi kalau nanti ini bisa selesai dan berhasil risetnya, mungkin ini menjadi lompatan yang sangat besar untuk pemantauan gunung api," ujarnya.*

Baca juga: BRIN telusuri sejarah gempa-tsunami guna minimalkan korban

Baca juga: BRIN:Teknologi inderaja tingkatkan kapasitas Indonesia hadapi bencana

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021