Di restoran Tori Hachi yang baru sebulan dibuka, yakitori alias sate khas Jepang menjadi menu andalan.
Restoran ini terletak tak jauh dari Blok M Plaza dan MRT Blok M, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Restorannya luas, bisa menampung hingga 150 orang, namun selama pandemi kapasitasnya dibatasi menjadi maksimal 50 persen. Pengunjung bisa duduk di bar sambil melihat chef beraksi memanggang yakitori, duduk di bangku dan meja biasa atau berkumpul di ruangan tatami sambil lesehan.
Ornamen khas Jepang seperti boneka dan gambar pemandangan gunung di Negeri Sakura menghiasi sudut-sudut restoran yang dominan dengan nuansa kayu.
Pemilik Tori Hachi, Daffa Adika, menuturkan Tori Hachi adalah restoran yang lahir setelah restoran sebelumnya bernama Tori Ichi ditutup setelah tujuh tahun beroperasi. Tori Hachi didirikan dengan konsep serupa. Dalam bahasa Jepang, ichi artinya satu, sementara hachi artinya delapan.
"Harapannya, Tori Hachi bisa jadi restoran sukses karena angka delapan yang dianggap sebagai angka keberuntungan," kata Daffa kepada wartawan saat ditemui pekan ini.
Baca juga: GOODS BURGER buka outlet khusus untuk "takeaway & delivery"
Yakitori yang jadi menu andalan dibuat dari daging ayam segar, bukan daging ayam beku atau yang telah lama disimpan. Itulah mengapa, ujar Daffa, rasa yakitori di restoran tersebut bisa lezat dan juicy.
Pada dasarnya, rasa yang ditawarkan adalah rasa otentik masakan Jepang yang diolah chef berpengalaman. Namun, ada juga menu-menu yang disesuaikan dengan selera orang Indonesia karena target pasar restoran ini tak cuma menyasar ekspatriat Negeri Sakura. Contohnya adalah menu ramen yang punya cita rasa pedas, rasa favorit rata-rata masyarakat Indonesia.
ANTARA mencicipi beberapa menu andalan, diantaranya adalah yakitori, ramen, chicken katsu, sushi dan daging sapi panggang dengan saus ponzu.
Variasi yakitori yang disajikan meliputi gyubara maki enoki mushroom wrapped in beef rib alias daging sapi yang membungkus jamur enoki, gyubara maki asparagus wrapped in beef rib alias daging sapi yang membalut daun bawang, gyutoro atau daging sapi dengan keju, gyutan kushi yaki (lidah sapi) yang lembut, sate isi sayap ayam (tebasaki) juga sate kawa alias kulit ayam yang masih kenyal dan hanya sedikit crispy di bagian luar.
Khusus sate kulit ayam, jangan bayangkan kulit ayam kriuk penuh bumbu yang banyak digemari di Indonesia, bahkan menjadi lauk dari nasi yang banyak di jual di Jakarta. Sate kulit ayam khas Jepang disesuaikan dengan selera masyarakat Negeri Sakura. Kulitnya tidak dimasak hingga garing, teksturnya dijaga agar tetap lembut. Rasanya tetap sedikit gurih.
Menu yakitori yang patut dicoba adalah tsukune tsukimi, daging ayam cincang dengan bentuk dan tekstur mirip sate lilit, lalu dibakar dan diolesi saus agak manis. Jangan lupa cocolannya, kuning telur mentah. Ketika dicampurkan, rasanya jadi lebih nikmat. Menu yang satu ini enak dimakan tanpa ataupun dengan nasi.
Yakitori enak disantap bersama-sama dalam keadaan panas, jadi Anda bisa memesan kepada chef untuk mengeluarkan hidangan satu persatu agar kenikmatannya lebih maksimal.
Baca juga: Spesial Ramadhan, Thai Alley hidangkan GorThai dan JaPaThai
Baca juga: Mencicipi se'i wagyu berbalut cita rasa pedas Nusantara
Baca juga: Mencicipi sepiring nostalgia ala Belanda di Keuken Van ElsjeBandung
Menu lainnya yang dihidangkan di Tori Hachi adalah salmon panggang dengan saus teriyaki. Salmon yang lembut dengan saus manis menggoda lidah untuk menyantapnya dengan sesendok nasi pulen panas. Anda juga juga bisa mencoba gyu niku no tataki dengan saus ponzu, daging sapi panggang dengan saus ponzu. Karena dipanggang hanya sebentar, bagian dalam dagingnya masih kemerahan sehingga kelembutan dan sari dalam daging masih terjaga.
Coba juga hamburger ala Jepang yang berbeda dari hamburger di restoran Barat. Hamburger ini terdiri dari daging cincang "gendut" yang dipanggang, tapi bagian dalamnya masih sangat juicy dan lembut. Hamburger dilengkapi dengan saus tomat segar dan pasta. Menu lain yang bisa dipesan tentunya ramen. Untuk menu spicy miso hachi ramen, cita rasanya disesuaikan dengan lidah Indonesia yang gemar makanan pedas.
Selama pandemi, restoran ini buka pada jam makan siang dan malam hari. Pada Senin sampai Kamis, restoran buka pukul 11.30-14.00 dan 17.00-21.00. Sementara pada akhir pekan, restoran dibuka pukul 11.30 hingga 21.00 tanpa ada jeda istirahat. Mengingat ada pembatasan kapasitas dan jam operasional, tamu-tamu yang biasanya hanya disambut pada malam hari kini bisa mencicipi makanan di restoran pada siang hari.
"Sekarang kami buka juga pada siang hari, konsep barunya adalah ada lunch," kata Daffa.
Pada siang hari, pengunjung bisa memesan menu khusus makan siang dan menu makanan yang tersedia untuk malam hari. Menu set makan siang sudah meliputi main course, nasi dan sup miso. Restoran ini juga menyediakan hidangan yang dibeli melalui layanan pesan antar ojek daring untuk konsumen yang ingin menikmatinya di rumah saja.
Baca juga: Mencicipi sepiring nostalgia ala Belanda di Keuken Van ElsjeBandung
Baca juga: Tempat ngopi dan ngemil setelah asyik gowes di Pantai Indah Kapuk
Baca juga: Renyah gurih ayam goreng ala Korea dari Moon Chicken
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021