Klub lari lintas alam Balikpapan Hash House Harriers (BHHH atau BH3) menggelar aksi bersih-bersih pantai, Ahad 10/10 pagi, dengan memunguti sampah di sepanjang Pantai Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera), Klandasan, dan mengumpulkannya di kantong-kantong plastik.
“Ini wujud syukur kami dan kita semua karena keadaan Balikpapan yang semakin baik setelah dua tahun ini menghadapi keterbatasan akibat wabah COVID-19,” kata Pentil Merah, panitia kegiatan tersebut.
Balikpapan kini berada dalam masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2, yakni masyarakat sudah diizinkan beraktivitas terbuka di tempat umum walaupun masih harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Hujan lebat yang turun pada awal sekitar pukul 07.00 sempat menunda kegiatan tersebut. Namun begitu hujan reda, para hasher berdatangan di Monpera dan langsung beraksi.
Mereka membagi para aktivis kegiatan itu menjadi dua kelompok besar, satu bergerak ke utara hingga pagar tembok proyek reklamasi Sea View dan satu kelompok lagi ke selatan hingga muara parit besar Prapatan. Selama aksi juga bergabung para pengunjung Monpera dan turut mengumpulkan sampah di pantai.
“Senang lihat komunitas itu, tanpa seremoni, langsung bekerja memunguti sampah,” kata Eko Dwi, pengunjung yang membawa anaknya bermain di pantai. Karena itu dia bersama anaknya juga melibatkan diri meski mengaku tidak ada yang kenal dengan para hasher BH3.
Menjelang siang, terkumpul 30 kantong sampah, atau lebih kurang 100 kg berupa plastik, kertas, dan lain-lain.
“Satu pikap penuh,” kata Outhouse, hasher senior dan lama menjadi Grand Master (GM) BH3. Sampah dari laut dan pantai itu kemudian dibuang ke TPS Prapatan.
Menurut Pentil Merah, kegiatan ini merupakan kegiatan selingan BHHH dan dijadwalkan digelar sebulan sekali dengan berpindah-pindah tempat.
“Bulan depan kami rencanakan digelar di Pantai Manggar,” ujarnya.
Menurut Outhouse BHHH, sebagai perkumpulan yang selalu beraktivitas di alam bebas tidak membatasi aksi bersih-bersih ini di pantai saja, tetapi juga di tempat-tempat lain.
“Di setiap tempat kami berkumpul untuk memulai lari, misalnya, kami selalu jaga kebersihannya. Bekas makanan atau minuman kami selalu kumpulkan kembali dan dibuang ke tempat yang seharusnya,” jelas Rusty D, hash cash (bendaraha) BH3.
Bahkan, seperti sudah mulai dipraktikkan sebagian anggota BHHH, sambil berlari atau berjalan mengikuti trek yang sudah ditentukan, mereka memunguti sampah botol plastik yang ditemukan di sepanjang jalan.
“Memunguti sampah itu tidak berat, ringan saja. Bawanya juga ringan. Tapi semoga bisa menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan dan alam kita,” kata PG, ekspatriat asal Prancis yang sudah bertahun-tahun tinggal di Balikpapan dan menjadi hasher BH3.
Klub lari lintas alam Balikpapan Hash House Harriers berdiri sejak Juli 1975. Pada awalnya para pelari, termasuk para pendirinya, adalah para ekspatriat yang bekerja untuk perusahaan-perusahaan jasa pengeboran minyak. Namun kemudian keanggotaannya meluas dan siapa saja yang gemar berolahraga lari lintas alam dan secara hash, boleh bergabung.
“Secara hash itu maksudnya antara lain kita berlari mengikuti tanda yang sudah ditentukan. Jadi larinya dalam jalur tertentu,” jelas PG. Di Balikpapan, hasher berlari mengikuti tanda taburan kertas.
Panjang trek atau jarak tempuh bervariasi, mulai dari terpendek 6 km hingga 12 km lebih. Sesuai namanya lari lintas alam, maka sebagian besar trek mengikuti bentang alam, naik turun bukit, menempuh semak belukar dan kebun dan hutan, menyeberang parit dan sungai atau melintasi rawa.
“Yang menyenangkan, setiap minggu, jalurnya berpindah-pindah sehingga treknya selalu berbeda. Itu bikin kita tidak pernah bosan,” kata Aci dan Mimi, yang selalu hadir di mana pun BHHH mengadakan kegiatan lari. ***
Pewarta: Novi Abdi
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021