Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Dody Widodo di Jakarta, Senin, mengungkapkan tiga sektor tersebut memiliki potensi dan pasar yang sangat besar untuk produk khusus halal mengingat Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
"Makanan dan minuman halal itu jadi target utama. Kedua fesyen, kita urutan kedua, hanya kalah sama Turki saja. Salah satu target kita untuk mengungguli mereka. Pasar kita besar kok, di fesyen kita bisa bersaing untuk pakaian muslim," kata Dody.
Sedangkan sektor farmasi dan kosmetik, kata Dody, merupakan sektor yang terlupakan namun memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi produk khusus halal.
Baca juga: BI: Pengeluaran belanja fesyen muslim RI ke-5 terbesar di dunia
Menurutnya, hal itu disebabkan karena sebagian besar atau 90 persen bahan baku farmasi dan kosmetik berasal dari luar negeri atau impor yang tidak memprioritaskan kehalalan bahan baku. Oleh karena itu dengan upaya subtitusi bahan baku dari dalam negeri, diharapkan bisa menghasilkan produk farmasi dan kosmetik berlalbel halal.
Berdasarkan peringkat di Dunia Ekonomi Islam Global, Indonesia mengalami penurunan peringkat untuk keuangan syariah yaitu di urutan keenam di mana tahun sebelumnya urutan keempat. Sektor wisata syariah juga mengalami penurunan dari tahun 2019/2020 urutan keempat menjadi urutan keenam pada 2020/2021.
Peringkat Indonesia meningkat di sektor makanan dan minuman halal yang sebelumnya tidak termasuk, kini menjadi urutan keempat. Sektor farmasi dan kosmetik menjadi urutan keenam dari sebelumnya tidak termasuk, serta sektor media dan rekreasi menjadi urutan kelima yang tahun sebelumnya belum termasuk.
Sementara itu untuk urutan di sektor fesyen muslim, Indonesia masih tetap berada di urutan yang sama pada tahun ini dan sebelumnya yaitu urutan ketiga.
Baca juga: BI: Indonesia merupakan pasar terbesar makanan halal di dunia
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021