Hal itu dikemukakan pada pertemuan virtual di Jakarta, Senin, untuk membahas Agenda COP26 dalam mendorong net zero emission (NZE).
Target tersebut sesuai agenda COP26 yakni menyelesaikan Paris rule book. COP dibuat untuk mendorong komitmen seluruh negara menuju kondisi net-zero emission.
Kewajiban yang diwujudkan dalam Nationally Determined Contributions (NDCs) harus bisa dilacak dan dilaporkan agar bisa memenuhi unsur transparan.
Baca juga: Pemerintah Tokyo umumkan gerakan aksi iklim untuk upaya dekarbonisasi
Baca juga: PLN beri perhatian program dekarbonisasi 2060
Dia mengatakan sesuai dengan mandatori Paris Agreement yang telah diratifikasi Indonesia pada 2015, Indonesia berinisiatif menuju NZE.
Laksmi menambahkan perlu adanya transisi yang berkeadilan dalam mencapai komitmen tersebut. Negara berkembang dan negara maju memiliki kapasitas yang berbeda.
"Yang pasti kami tidak bisa melakukan ini sendiri. Kami perlu komitmen bersama dengan para jurnalis dan publik untuk bergerak bersama dalam mencapai net-zero emission ini," kata Laksmi.
Pada kesempatan yang sama, Vice-Chair, Working Group I IPCC Edvin Aldrian mengatakan perubahan iklim terjadi di segala lapisan bumi dan kondisi ekstrim itu terjadi secara bersamaan.
"Adaptasi yang kita lakukan saat ini bisa menentukan skenario kita beberapa tahun ke depan," katanya.
Edvin menambahkan IPCC merupakan badan PBB yang menangani ilmu perubahan iklim. Produk utama adalah laporan kajian perubahan iklim dalam tiga kelompok kerja yakni basis sains, kerentanan dan adaptasi dampak, dan Mitigasi.
Perubahan iklim sudah mempengaruhi setiap wilayah di bumi, dalam berbagai cara Perubahan yang kita alami akan meningkat dengan pemanasan lebih lanjut.*
Baca juga: IESR: Kebijakan pensiunkan PLTU batu bara untuk dukung dekarbonisasi
Baca juga: IETD 2021 serukan percepatan dekarbonisasi sistem energi
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021