Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendorong literasi sejarah kebencanaan di Indonesia dimulai dari Kota Ambon, Provinsi Maluku.Berbagi pengetahuan tentang sejarah gempa Indonesia
"BNPB bekerja sama dengan berbagai kementerian lembaga untuk mendorong literasi sejarah kebencanaan di Tanah Air, dan dimulai dari Kota Ambon," kata Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati kepada ANTARA yang dihubungi dari Ambon, Selasa.
BNPB, kata Radiyta mendorong literasi sejarah kebencanaan dengan menggelar seminar internasional literasi yang akan berlangsung di Kota Ambon 13-14 Oktober 2021.
mengusung tema "Literasi Sejarah Kebencanaan sebagai Warisan Ketangguhan Masa Lalu, Kini dan Nanti" akan menghadirkan sejumlah pakar geologi dan kegempaan dalam dan luar negeri sebagai pembicara.
"Hanya saja karena kondisi pandemi COVID-19 maka kami tidak berani mengambil risiko, sehingga seminarnya dilaksanakan secara hybrid yakni tatap muka untuk peserta di Maluku, sedangkan para pembicara akan hadir secara virtual," katanya.
Dalam seminar tersebut, BNPB juga bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) serta beberapa lembaga lain dalam rangka penguatan pengetahuan dan manajemen penanggulangan bencana di Indonesia itu.
Raditya mengatakan, seminar internasional memeriahkan peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tahun 2021 yang dipusatkan di Kota Ambon, disasarkan untuk mengajak seluruh pemerhati sejarah saling berbagi ilmu dan pengetahuan sejarah kebencanaan yang ada Nusantara.
Sejauh ini menurut Raditya, banyak data dan informasi tentang sejarah kebencanaan di Nusantara masih tersebar di berbagai daerah maupun di luar negeri.
"Jadi diharapkan melalui seminar ini kita saling berbagi pengetahuan tentang sejarah gempa Indonesia, sekaligus mengumpulkan data-data yang terserak di berbagai daerah tadi menjadi satu," katanya.
Baca juga: Kepala BNPB: Literasi kebencanaan harus dilakukan sejak dini
Baca juga: BNPB: Ekspedisi Destana Tsunami untuk perkaya literatur kebencanaan
Melalui seminar literasi internasional pertama digelar itu, Raditya berharap semangat nasionalisme anak bangsa untuk berbagi data dan informasi sejarah kebencanaan dapat ditumbuhkan.
"Kami mendorong pengumpulan catatan sejarah kebencanaan dimulai dari Ambon. Kita belajar dari catatan sejarah bencana Ambon untuk membangun kesadaran bersama saling berbagi data dan informasi sejarah kebencanaan di Indonesia," katanya.
Seminar itu juga diharapkan memperkuat misi literasi kebencanaan agar menjadi pembelajaran, pengingat dan penguat masyarakat dengan kualitas literasi yang baik serta membangun peradaban baru Indonesia yang lebih tangguh menghadapi bencana melalui sejarah kebencanaan Indonesia.
Sejumlah pakar yang akan tampil dalam seminar internasional tersebut diantaranya ahli geologi dan kegempaan asal Amerika Serikat Prof Ronald Albert Harris, profesor bencana alam dari Australian National University Prof Phil Cummins Ph.D, serta Prof Dr. Oman Fathurrahman, guru besar Filologi di Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selain itu, Kepala BNPB Letjen TNI Ganip Warsito serta pimpinan Perpusnas, ANRI serta pimpinan lembaga U Inspire (Youth and Young Professionals on Innovation, Science and Technology Platform for Resiliency), U-INSPIRE adalah platform pemuda dan profesional muda yang bekerja di Sains, Teknologi, dan Inovasi (SETI) untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di tingkat nasional dan global.
Baca juga: BNPB: Riset dan inovasi penting untuk pengurangan risiko bencana
Baca juga: BRIN telusuri sejarah gempa-tsunami guna minimalkan korban
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021