Banyak aktivitas manusia saat ini dibantu oleh berbagai teknologi
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek Prof Nizam mengatakan perguruan tinggi harus dapat menyiapkan lulusan yang adaptif dan juga menjadi pembelajar yang cekatan.
“Di Indonesia diperkirakan pada 2030, sebanyak 23 juta pekerjaan akan digantikan dengan otomasi. Namun di sisi lain, lahir sebanyak 27 juta hingga 46 juta pekerjaan baru,” ujar Nizam dalam seminar “The First International Seminar of Science and Technology for Society Development” (1st ISST) yang diselenggarakan Universitas Terbuka yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Di sisi lain, sebanyak 10 juta pekerjaan baru tersebut tidak ada pada saat ini. Untuk itu, menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan lulusan dengan keahlian yang tidak ada sebelumnya.
“Kita harus persiapkan lulusan dengan keahlian yang tidak ada sebelumnya. Kita harus siapkan mereka untuk adaptif, pembelajar yang cekatan, kewirausahaan, digital literasi, multidisiplin, kewargaan global, dan lainnya,” tambah dia.
Dia menambahkan perguruan tinggi juga diminta untuk dapat lebih agile atau gesit dalam menjalankan perannya, baik dalam pembelajaran, pengabdian pada masyarakat maupun penelitian.
Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam lokomotif pembangunan berkelanjutan, penyiapan modal manusia yang kompeten, kreatif, produktif, kompetitif, dan berakhlak mulia. Perguruan tinggi juga menjadi tulang punggung inovasi.
“Untuk itu, kita harus memastikan bahwa tidak ada tautan yang terputus antara apa yang diajarkan di kampus dan pembangunan, dan kebutuhan akan dunia profesional,” jelas Nizam.
Rektor Universitas Terbuka, Prof Ojat Darojat, mengatakan pandemi COVID-19 memberikan dampak perubahan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam pengembangan sains dan teknologi.
Pada era society 5.0, lanjut dia, merupakan konsep yang mana teknologi mendorong masyarakat untuk beradaptasi dengan kebutuhan saat ini.
“Dalam masa pandemi saat ini, teknologi informasi berperan penting dalam perilaku manusia. Banyak aktivitas manusia saat ini dibantu oleh berbagai teknologi untuk menghindari kontak fisik dan menekan penyebaran infeksi virus,” terangnya.
Baca juga: Rektor : Lulusan UT banyak lolos CPNS karena kurikulum semakin baik
Baca juga: Manajemen perguruan tinggi harus bebenah agar hasilkan lulusan unggul
Ojat menambahkan peningkatan sumber daya manusia berarti peningkatan akan kebutuhan bahan pangan dan kebutuhan lainnya, serta kebutuhan lahan juga meningkat.
Di sisi lain, populasi urban juga semakin meningkat yang mana jika tidak dikelola dengan baik maka akan ada area kumuh dan juga masalah kesehatan lainnya.
Dalam mengatasi persoalan tersebut dapat diatasi dengan bantuan teknologi. Untuk itu, perlu paradigma baru yakni teknologi dapat menjadi solusi yang optimal dan juga lebih efisien.
Sejumlah pembicara asing hadir dalam seminar itu mulai dari Prof Mohammad Asif Khan PhD (Associate Professor at Perdana University, Malaysia), Kholis Abdurachim Audah PhD (Associate Professor at Swiss German University, Indonesia), dan Prof. Shoba Ranganathan (Professor at Macquarie University, Sydney, Australia) dengan Moderator yaitu Fawzi Rahmadiyan Zuhairi, S.Si., M.Sc (Department of Biology, UT).
Selanjutnya, sesi kedua Prof Dr Hafizan bin Juahir (Professor at Universiti Sultan Zainal Abidin, Malaysia), Dr Waseem Haider (Associate Professor at Central Michigan University, USA), serta Dr. Ernik Yuliana, SPi M.T (Associate Professor at Universitas Terbuka, Indonesia).
Baca juga: PT jangan hanya hasilkan tenaga ahli tapi tak terserap industri
Baca juga: "E-Learning" dinilai tingkatkan angkatan kerja lulusan PT
Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021