• Beranda
  • Berita
  • Sastra kuno Naskah Hikayat Aceh diusulkan jadi nominasi Memori Dunia

Sastra kuno Naskah Hikayat Aceh diusulkan jadi nominasi Memori Dunia

14 Oktober 2021 15:41 WIB
Sastra kuno Naskah Hikayat Aceh diusulkan jadi nominasi Memori Dunia
Tangkapan layar webinar Hikayat Aceh: Road to Memory of the World, yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI secara daring, di Jakarta, Rabu (13/10/2021). (FOTO ANTARA/Humas Perpusnas)

Naskah Hikayat Aceh merupakan koleksi langka karena tidak banyak salinan

Naskah Hikayat Aceh yang merupakan karya sastra kuno yang berisikan perjalanan Sultan Iskandar Muda dan ditulis pada abad ke-17 diusulkan untuk menjadi nominasi Memory of the World (MoW).

“Naskah Hikayat Aceh ini banyak menceritakan masa Kejayaan Sultan Iskandar Muda. Namun di sisi lain, terdapat tradisi dan toleransi yang dibangun oleh tokoh utamanya, Sultan Iskandar Muda,” kata peneliti Bidang Agama dan Tradisi Keagamaan Melayu-Aceh Kementerian Agama (Kemenag), Fakriati, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Dalam naskah Hikayat Aceh, katanya, terdapat toleransi yang dibangun dari beberapa unsur, di antaranya sultan/pejabat negara, ulama, rakyat, adat dan agama.

"Ada keterikatan antarunsur ini secara utuh. Saling mendukung sehingga membentuk nilai-nilai toleransi," katanya.

Fakriati menambahkan Hikayat Aceh menanamkan pola hidup dan budaya multikultural dan interaksi antara sultan dengan rakyat, serta antara pendatang dengan pribumi.

Peneliti filologi Melayu-Aceh, Hermansyah, mengatakan, naskah Hikayat Aceh merupakan koleksi langka karena tidak banyak salinan. Saat ini, hanya terdapat tiga naskah Hikayat Aceh, dua naskah di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda dan satu naskah di Perpustakaan Nasioonal (Perpusnas) RI.

"Naskah Hikayat Aceh ini menggunakan aksara Jawi berbahasa Melayu. Namun, naskah yang ada ini, halaman awal dan akhir belum ditemukan," katanya.

Ia mengatakan Hikayat Aceh menceritakan kisah para Sultan dan Kesultanan Aceh sebelum dan masa Sultan Iskandar Muda pada 1590-1636 M. Naskah kuno itu pun memenuhi nilai-nilai historis, baik melalui sumber primer sejarah, peristiwa, dan ketokohan.

"Sehingga perlu adanya reproduksi teks Hikayat Aceh dalam bentuk modern yang menjadi media edukasi dan sosialisasi naskah," kata Hermansyah.

Sementara itu, pakar pendidikan dan sejarah Wardiman Djojonegoro menceritakan, pada 2017, Perpusnas berencana mengusulkan Hikayat Aceh untuk menjadi Memori Dunia tahun 2018. Namun, pada tahun tersebut pendaftaran MoW oleh UNESCO ditunda. Meski begitu, proses penyelesaian naskah nominasi tetap dilanjutkan.

"Pada tahun 2021 ini pendaftaran kembali dibuka dan Hikayat Aceh akan diajukan menjadi nominasi MoW. Karena selain langka, naskah ini agak berbeda dari naskah melayu lainnya. Tidak menceritakan tentang raja tetapi bercerita tentang keagungan raja," kata Wardiman.

Pengajuan naskah Hikayat Aceh untuk MoW telah memenuhi kriteria MoW UNESCO dan mempunyai potensi untuk diterima sebagai warisan dunia.

Pada September lalu, ANRI terpilih menjadi Komite Nasional Memory of the World Indonesia.Sebelumnya, Komite Nasional MoW diemban oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan, dengan dipilihnya Kepala ANRI sebagai Ketua Komite Nasional MoW menjadi sebuah langkah besar yang dilakukan untuk memulai kerja sama.

"Ini sebuah misi yang akan kita emban ke depan, sehingga misi peran kedua institusi makin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," katanya.

Baca juga: Perpustakaan nasional konservasi ratusan manuskrip Aceh

Baca juga: Naskah Kuno Aceh Banyak di Brunei Darussalam

Baca juga: Warga Aceh peringati haul Sultan Iskandar Muda

Baca juga: KRI Sultan Iskandar muda terima anugerah PBB

 

Pewarta: Indriani
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021