Malpass mengatakan kepada Komite Bretton Woods, sebuah kelompok pendukung yang berbasis di AS, bahwa ia melibatkan China, Rusia, Turki, Inggris, dan negara-negara donor lainnya saat bank tersebut berupaya mengumpulkan sekitar 100 miliar dolar (Rp1,4 kuadriliun) untuk dana tersebut pada akhir tahun.
Dia mengatakan ekonomi China telah tumbuh dan dia berpendapat bahwa Beijing dapat meningkatkan donasi yang sebelumnya sudah lumayan besar kepada IDA, dan Jepang juga berkomitmen untuk memberikan kontribusi yang besar.
Pejabat keuangan Kelompok 20 negara-negara dengan perekonomian maju (G20) pada Rabu mengatakan mereka menantikan masuknya sumbangan dana besar-besaran.
Malpass pada Senin menerima target Rp1,4 kuadriliun yang sebelumnya ditetapkan oleh para pemimpin Afrika, dengan mengatakan bahwa dana tersebut diperlukan untuk mengatasi "kemunduran tragis" dalam pembangunan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Bank pembangunan multilateral itu memperkirakan pertumbuhan global sebesar 5,7 persen pada tahun 2021 dan 4,4 persen pada 2022, tetapi Malpass mengatakan kesenjangan antara ekonomi maju dan negara berkembang semakin memburuk dan telah menghambat upaya untuk mengurangi kemiskinan ekstrem dari tahun ke tahun, dan dalam beberapa kasus untuk kemiskinan ekstrem yang terjadi dalam beberapa dekade.
Sumber: Reuters
Baca juga: Presiden Bank Dunia soroti pembalikan tragis pembangunan saat pandemi
Baca juga: Bank Dunia tingkatkan integritas riset setelah skandal kecurangan data
Pewarta: Mulyo Sunyoto
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021