• Beranda
  • Berita
  • Rupiah diprediksi menguat seiring turunnya imbal hasil obligasi AS

Rupiah diprediksi menguat seiring turunnya imbal hasil obligasi AS

15 Oktober 2021 09:54 WIB
Rupiah diprediksi menguat seiring turunnya imbal hasil obligasi AS
Ilustrasi - Petugas teller menghitung pecahan rupiah di Bank Mandiri Cabang Jakarta Sudirman, Jakarta, Senin (23/8/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.

Nilai tukar menguat cukup dalam kemarin. Kemungkinan momentum penguatan tersebut bisa berlanjut hari ini seiring dengan terkoreksinya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ini diprediksi menguat seiring turunnya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat.

Rupiah pagi ini menguat 48 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp14.070 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.118 per dolar AS.

"Nilai tukar menguat cukup dalam kemarin. Kemungkinan momentum penguatan tersebut bisa berlanjut hari ini seiring dengan terkoreksinya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS. Yield tenor 10 tahun sudah terkoreksi ke bawah 1,6 persen selama dua hari beruntun," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.

Menurut Ariston, terkoreksinya imbal hasil (yield) obligasi AS mungkin karena pasar mendapatkan data inflasi produsen AS di bawah ekspektasi. Semalam data inflasi dari sisi produsen AS untuk September mengalami kenaikan 8,6 persen (yoy) tapi di bawah ekspektasi pasar 8,7 persen (yoy).

Selain itu, lanjutnya, penguatan rupiah juga mendapatkan dukungan dari membaiknya sentimen pasar terhadap aset berisiko yang ditandai dengan penguatan indeks-indeks saham global.

Pagi hari ini indeks Asia terlihat bergerak menguat. Penguatan indeks saham tersebut didukung oleh laporan pendapatan perusahaan yang membaik di masa pandemi.

Ariston menyampaikan proyeksi kenaikan surplus perdagangan karena kenaikan harga komoditas ekspor juga mendukung penguatan rupiah. Hari ini pasar menantikan data neraca perdagangan September dengan proyeksi surplus 3,84 miliar dolar AS.

"Namun di sisi lain, pasar masih mewaspadai sentimen tapering yang bisa membalikkan rupiah," ujar Ariston.

Sementara itu, jumlah kasus harian COVID-19 pada Kamis (14/10) kemarin mencapai 1 053 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,23 juta kasus. Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 37 kasus sehingga totalnya mencapai 142.848 kasus.

Kasus sembuh bertambah sebanyak 1 715 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,07 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 19.852 kasus. Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 104,31 juta orang dan vaksin dosis kedua 60,42 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.

Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi menguat ke kisaran Rp14.090 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp14.150 per dolar AS.

Pada Kamis (14/10) lalu, rupiah ditutup menguat 100 poin atau 0,7 persen ke posisi Rp14.118 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.218 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah menguat tajam pasca rilis data inflasi AS
Baca juga: Rupiah diprediksi menguat seiring turunnya imbal hasil surat utang AS
Baca juga: Rupiah ditutup stagnan, dibayangi penguatan dolar dan isu tapering AS

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021