Direktur Keuangan Sarana Jaya Bima Priyo Santosa menyatakan optimis dua unit fasilitas pengolahan sampah antara atau Intermediete Treatment Facility (ITF) yang sedang proses pembangunan akan mampu menuntaskan persoalan sampai di Ibu Kota.Sejauh ini, pengerjaan proyek sedang dalam tahap lelang untuk menentukan mitra penggarap
Menurut Priyo dengan adanya fasilitas FSPA diharapkan bisa membantu Jakarta mengurangi sampah rumah tangga sekurangnya 70-90 persen dengan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan, serta mengurangi ketergantungan terhadap tempat pembuangan sampah terpadu (TPST).
Baca juga: Dinas LH DKI siagakan 8.945 petugas tangani sampah musim hujan
"Penanganan sampah menjadi hal yang mendesak, bagi warga Jakarta. Kalau tidak mungkin tiga tahun atau empat tahun lagi Bantargebang bakal penuh dan terbayang seperti apa nantinya," katanya Bima dalam kegiatan webinar Balkoters Talk 'Olah Sampah dengan Teknologi Ramah Lingkungan' di Jakarta, Jumat.
Bima mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengamanatkan membangun dua FPSA di ibu kota. Sejauh ini, pengerjaan proyek sedang dalam tahap lelang untuk menentukan mitra penggarap.
Karena itu, hingga sekarang belum ditentukan lokasi untuk pembangunan dua FPSA yang nantinya akan memiliki sistem pengelolaan ramah lingkungan dan berteknologi modern ini, sampai proses tendernya rampung.
"Kita berharap untuk nanti ada perkembangan yang signifikan di bulan November, sehingga kita berharap tahun depan ini sudah mulai aktivitas fisik dari proyek itu," ujarnya.
Pengupayaan Maksimal
Sementara itu, Guru Besar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Enri Damanhuri menyarankan dua FPSA itu dibangun dengan pertimbangan matang sesuai dengan produksi sampah di ibu kota agar pengelolaan berjalan maksimal.
"Seberapa besar teknologi itu mampu mengurangi sampah, berat atau volumenya, kemampuan reduksi yang utama. Karena pengolahan sampah sasarannya bukan bukan menghasilkan sesuatu, tapi mengurangi produksi sebanyak mungkin," tuturnya.
Baca juga: Pemkot Jakbar manfaatkan larva lalat hitam kurangi sampah organik
Selain itu, Sarana Jaya juga diminta agar memerhatikan penggunaan lahan yang ada, termasuk dampak pencemaran lingkungan seperti bau atau polusi lainnya saat mengoperasikan FPSA.
Serta harus memerhatikan prinsip kemanfaatan dengan baik seperti jika ada sisa makanan atau daun, ranting dan sejenisnya yang masih bisa dimanfaatkan agar bisa diolah seperti pembuatan kompos.
"Jangan asal membeli yang murah meriah dua bulan dipakai setelah itu tidak bisa digunakan. Paling penting yang terakhir ini apa purna delivery-nya," tuturnya.
Di tempat lain, Wakil Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan proyek FPSA atau ITF ini sejalan dengan rencana Pemprov DKI Jakarta yang melakukan sejumlah pendekatan dalam penanganan sampah perkotaan termasuk dengan teknologi ramah lingkungan.
"Tahun ini sudah masuk proses lelang (FPSA). Kita doakan, Mudah-mudahan ke depan nanti setelah dibangun berproses kita tidak ada lagi masalah dengan sampah, insya Allah nanti kita punya pengelolaan sampah yang berteknologi tinggi baik seperti negara-negara maju di dunia," ujar Riza.
Baca juga: Sekolah pelaksana PTM di Jakarta Barat ikuti program bank sampah
Dengan jumlah sampah yang dihasilkan DKI Jakarta cukup besar, sekitar 7.800 ton per hari. Pengolahan sampah ini tidak hanya dengan pendekatan teknologi ramah lingkungan, namun juga dengan kolaborasi.
Yakni, dengan mengajak seluruh elemen masyarakat agar bisa mengolah sampah sejak dari sumber dengan gerakan Jakarta Sadar Sampah yang merupakan wadah kolaborasi guna mewujudkan Jakarta lebih bersih dan hijau, ucapnya
Kegiatan itu melibatkan pemerintah, komunitas, bisnis hingga individu, diajak untuk bekerja sama dan turut terlibat melalui tiga aksi, yaitu mengurangi, memilah, dan mengolah sampah.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021