Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama-sama lembaga Food Bank of Indonesia (FoI) membuat kampanye bertajuk "Bikin Dapur Ngebul" yang bertujuan untuk menggencarkan konsumsi ikan guna mencegah stunting di tengah masyarakat.
"Kurangnya asupan gizi menyebabkan beberapa permasalahan di masyarakat, seperti gagal tumbuh (stunting), menurunnya kemampuan kognitif akibat terhambatnya perkembangan otak, dan rendahnya imunitas tubuh sehingga tubuh rentan terhadap serangan penyakit," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Artati Widiarti dalam siaran pers di Jakarta, Minggu.
Bersama dengan FoI, Artati menyebut jajarannya telah menyusun rencana aksi "Bikin Dapur Ngebul, Bikin Anak Unggul #IUAK (Ikan Untuk Anak), Olahan Ikan Lokal".
Kegiatan tersebut, lanjutnya, juga didukung oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada dan akan dilaksanakan di tujuh Provinsi (13 Kabupaten/Kota) yaitu DKI Jakarta (Kota Jaksel, Kota Jaktim, Kota Jakut, Kota Jakpus, Kota Jakbar), Jawa Barat (Kab. Cirebon, Kab. Bogor), Banten (Kab. Tangerang), Jawa Tengah (Kab. Wonosobo), Jawa Timur (Kota Surabaya, Kab. Probolinggo), NTB (Kab. Lombok Tengah), Maluku (Kota Ambon).
"Kerja sama ini sekaligus penguatan untuk program gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan) yang memang fokus pada prioritas penanganan stunting (Perpres 72/2021) dan penguatan peran Forikan dengan terbitnya Kepmen KP 91/2021," terang Artati.
Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Machmud menyampaikan ikan memiliki banyak manfaat nutrisinya yang unggul dibandingkan sumber protein hewani lainnya.
Keunggulan tersebut, lanjutnya, di antaranya kandungan Omega 3 yang bermanfaat untuk mata, otak dan jaringan syaraf, serta mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke. Kemudian vitamin D dan A yang bermanfaat untuk pertumbuhan, kesehatan tulang dan mata, serta memperkuat sistem imun tubuh.
Tak hanya itu, ujar dia, ikan memiliki komposisi asam amino lengkap, mudah dicerna dan diserap tubuh. "Sumber mineral K, Ca, Mg, Zn, dan P pada ikan berperan dalam penyembuhan luka, pertumbuhan tulang dan meningkatkan imunitas tubuh," urai Machmud.
Pendiri FoI, Hendro Utomo menekankan bahwa anak-anak dan lansia atau kaum rentan adalah dua kategori yang tidak dapat mengambil keputusan untuk diri mereka sendiri.
Adapun kerja sama KKP-FoI meliputi pengembangan dan penyebarluasan menu-menu olahan berbasis ikan lokal, peningkatan akses pangan bergizi kepada keluarga dan peningkatan peran keluarga dalam mengumpulkan, meramu, mengolah, dan menyajikan kuliner berbahan baku ikan lokal.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi produk perikanan selama pandemi COCID-19, terlebih di dalam ikan terkandung imonustimulan yang merupakan senyawa yang dapat menstimulus sistem imun di dalam tubuh.
Terkait dengan konsumsi ikan, Anggota Komisi IV DPR RI Slamet menyatakan tingkat konsumsi ikan nasional perlu seperti di Jepang agar dapat mengatasi sejumlah permasalahan gizi seperti mengentaskan fenomena stunting di Tanah Air.
"Kalau mau cerdas idealnya seperti di Jepang 140 kilogram per kapita per tahun. Target kita nasional (tahun 2021) ada di angka 60 kilogram per orang per tahun untuk mengonsumsi ikan," kata Slamet.
Menurut dia, potensi sumber daya laut di Indonesia sangat tersedia dengan melimpah sehingga menjadi PR pemerintah untuk memberdayakannya dengan optimal.
KKP menargetkan tingkat konsumsi ikan sebesar 62,05 kg/kapita/tahun di tahun 2024 dari yang sebelumnya 56,39 kg/kapita/tahun di tahun 2020.
Baca juga: KKP ingatkan kebutuhan akan komoditas perikanan di RI meningkat
Baca juga: Kemenperin dorong konsumsi olahan ikan untuk cegah stunting
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021