Sehari 10.000 Bayi Lahir di Indonesia

18 Februari 2011 16:18 WIB
Sehari 10.000 Bayi Lahir di Indonesia
Ilustrasi (ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO)

Jumlah tersebut tergolong tinggi sehingga dikhawatirkan jumlah penduduk besar tetapi kualitas sumber daya manusianya rendah, karena belum mendapatkan pendidikan yang layak akibat hidup miskin

Pangkalpinang (ANTARA News) - Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat dalam sehari lahir 10.000 bayi di Indonesia atau mencapai sekitar empat juta bayi setiap tahunnya, dan mengatakan angka pertumbuhan itu mengkhawatirkan.

"Jumlah tersebut tergolong tinggi sehingga dikhawatirkan jumlah penduduk besar tetapi kualitas sumber daya manusianya rendah, karena belum mendapatkan pendidikan yang layak akibat hidup miskin," kata Direktur Hubungan Antarlembaga BKKBN Pusat, Hardiyanto, usai rapat koordinasi program pengendalian laju pertumbuhan penduduk di Pangkalpinang, Banka Belitung, Jumat.

Harus dilakukan langkah lebih konkret kedepan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, dalam upaya mengendalikan laju pertumbuhan penduduk seperti melalui program KB, pendewasaan usia perkawinan dan pemberian asupan gizi memadai kepada bayi.

Ia mengatakan, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,6 jiwa atau nomor empat terbesar di dunia setelah China 1,3 miliar, India 1,1 miliar dan Amerika Serikat dengan jumlah penduduk 300 juta.

"Terjadi ledakan penduduk yang cukup besar karena tingginya angka ibu melahirkan, sementara sumber daya manusia berkualitas masih rendah, sehingga program KB merupakan langkah tepat untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk itu, agar rakyat Indonesia mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai serta memutus mata rantai kemiskinan," ujarnya.

Jika tidak dikendalikan, kata dia, maka 50 tahun ke depan jumlah penduduk di negara ini akan mencapai 500 juta jiwa atau melebihi jumlah penduduk Amerika Serikat.

"Secara nasional, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di rangking 108 dari 180 negara di dunia atau sumber daya manusia sangat rendah sekali karena tiga indikator yaitu pendidikan, kesehatan dan kemiskinan," ujarnya.

Ia mengatakan, program KB disamping mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, juga memotong rantai kemiskinan karena berdasarkan hasil penelitian, ternyata keluarga miskin dengan pendidikan rendah justeru anaknya lebih banyak, dibanding keluarga kaya dengan pendidikan tinggi.

"Jumlah penduduk besar sementara kualitas sumber daya manusianya rendah, maka memicu tingginya tingkat pengangguran, perusakan lingkungan, sulitnya lapangan pekerjaan, sarana kesehatan dan pendidikan," katanya.

Ia mengatakan, suatu negara yang penduduknya besar tetapi kualitas sumber daya manusianya bagus, maka itu aset pembangunan. Tetapi sebaliknya negara berpenduduk besar, tetapi kualitas sumber daya manusianya rendah akan menjadi beban pembangunan.

"Ini yang harus dikendalikan melalui program KB. Untuk apa anak banyak tetapi tidak berkualitas, lebih baik anak sedikit tetapi semuanya berkualitas baik secara kesehatan, pendidikan dan penghasilan," ujarnya.

Menurut dia, tidak ada artinya pertumbuhan ekonomi naik, kalau jumlah penduduk tidak terkendali. Dampaknya rakyat Indonesia tetap saja berada dalam kemiskinan, sulit mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak.

(KR-HDI/E001/S026)


Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011