"Sebetulnya tergantung masalah perilaku masyarakat, apakah mau pakai terus protokol kesehatan atau tidak. Artinya, saat ini pergerakan masyarakat cukup sering dan cukup padat, sehingga ada risiko penularan," kata Zubairi Djoerban di kanal YouTube pribadinya bertajuk "Harap-Harap Cemas Gelombang Ketiga" yang diikuti Antara dari Jakarta, Senin.
Hal berikutnya yang juga perlu diperhatikan, kata Zubairi, adalah konsistensi pemerintah dalam menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Tentu kebijakan juga harus konsisten, jangan cepat-cepat mencabut peraturan perundangan PPKM-nya, harus hati-hati," katanya.
Baca juga: Menkes: Varian obat baru beri harapan menuju endemi
Baca juga: Surveilans, prokes, vaksinasi COVID-19 kunci menuju endemi COVID-19
Selain itu Zubairi juga mengingatkan tentang perilaku virus Corona yang selalu bermutasi untuk bisa beradaptasi dengan keadaan.
Sebagian ahli menyampaikan gelombang ketiga COVID-19 berpotensi terjadi pada akhir 2021 yang ditandai dengan kerumunan masyarakat pada saat perayaan Natal dan Tahun Baru.
"Beberapa ahli bilang awal Januari, kalau saya sendiri sambil harap-harap cemas itu mungkin masih bulan Februari atau Maret 2022," katanya.
Zubairi berharap situasi COVID-19 yang menunjukkan tren penurunan di Tanah Air sebagai pertanda menuju endemi.
"Tentu kita harapkan dan doanya yang paling baik adalah tidak timbul gelombang ketiga, namun sudah waktunya endemi. Semoga tahun depan bukan gelombang ketiga, namun endemi, artinya hanya ada di satu daerah di provinsi, kemudian nanti hilang, kemudian muncul lagi di tempat lain," katanya.*
Baca juga: Gubernur Jambi: MTQ ke-50 proses dari pandemi menuju endemi COVID-19
Baca juga: Epidemiolog: Imunisasi, prokes dan 3T kunci menuju endemi COVID-19
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021