Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2021 dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,8 persen menjadi 5,7 persen karena pemulihan ekonomi dunia yang berlanjut namun lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS), China, dan Jepang lebih rendah dari perkiraan sejalan dampak kenaikan kasus varian Delta COVID-19, serta gangguan rantai pasokan dan energi global
"Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS), China, dan Jepang lebih rendah dari perkiraan sejalan dampak kenaikan kasus varian Delta COVID-19, serta gangguan rantai pasokan dan energi global," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG Bulan Oktober 2021 Cakupan Triwulanan di Jakarta, Selasa.
Di sisi lain ia menilai pemulihan ekonomi Eropa lebih tinggi sehingga menahan perlambatan ekonomi global.
Kinerja sejumlah indikator dini seperti Purchasing Managers' Index (PMI), penjualan eceran, dan keyakinan konsumen secara umum melambat pada September 2021.
Baca juga: IMF pangkas proyeksi ekonomi global 2021, tertekan vaksin dan inflasi
Namun ia menjelaskan kenaikan volume perdagangan dunia dan harga komoditas terus berlanjut, sehingga menopang prospek ekspor negara berkembang.
"Pemulihan ekonomi dunia diperkirakan akan tetap berlanjut pada tahun 2022 meskipun dampak dari gangguan rantai pasokan dan keterbatasan energi perlu tetap diwaspadai," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.
Meski begitu, dirinya menuturkan ketidakpastian pasar keuangan global sedikit menurun di tengah kekhawatiran pengetatan kebijakan moneter global yang lebih cepat, sejalan kenaikan inflasi yang terus berlangsung.
Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tetap berlanjutnya aliran portofolio global ke negara berkembang, khususnya di negara-negara yang mempunyai imbal hasil aset keuangan yang menarik dan kondisi ekonomi yang membaik.
Baca juga: IMF koreksi pertumbuhan, Kemenkeu: Pemerintah waspadai risiko global
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021