"Menjaga kesehatan tulang merupakan sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen sejak dini," kata dr. Lily dalam jumpa pers virtual, Selasa.
"Seiring dengan bertambahnya usia, tulang-tulang juga akan berkurang kekuatan dan kepadatannya, sehingga memang lebih berisiko kepada lansia. Tapi, kita harus memiliki kesadaran sejak dini," imbuhnya.
Baca juga: Kemenkes: Angka gangguan kecemasan naik 6,8 persen selama pandemi
Lebih lanjut, dr. Lily membagikan sejumlah hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk memperkecil risiko osteoporosis, yang ternyata banyak menyerang kaum wanita tersebut.
Pertama, adalah menjalani gaya hidup sehat, aktif, dan terpapar sinar matahari. "Aktivitas fisik yang baik dan benar, diiringi dengan pengetahuan tentang nutrisi untuk meningkatkan kekuatan tulang dan menurunkan risiko patah tulang," papar dia.
Selanjutnya, adalah mengkonsumsi nutrisi seimbang yang meliputi kalsium, protein, kolagen, dan vitamin D. dr. Lily mengatakan, nutrisi tersebut bisa didapatkan melalui susu, kacang kedelai, hingga sinar matahari -- yang di mana semua hal tersebut bisa didapatkan di Indonesia.
dr. Lily menambahkan, hal yang tak kalah penting adalah sinergi dari berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya kesehatan tulang.
"Kolaborasi berbagai pihak baik pemerintah, asosiasi profesional, swasta, komunitas dan media, dalam mengedukasi masyarakat," kata dia.
"Misalnya seperti Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (PERWATUSI), dan berbagai pihak yang giat menggalakkan dan memasyarakatkan pengendalian osteoporosis baik di pusat dan daerah," ujarnya menambahkan.
Osteoporosis sendiri masuk ke dalam kelompok penyakit tidak menular. Pemerintah melalui Kemenkes memiliki kebijakan dan program pencegahan dan pengendalian penyakit di kelompok tersebut.
"Mulai dari promosi kesehatan yang meliputi edukasi, informasi dan penyuluhan yang kemudian berimbas ke masyarakat yang semakin peduli atau increasing awareness. Selanjutnya adalah deteksi dini yang berimbas ke penemuan dini, lalu ke penanganan kasus. Langkah-langkah ini juga didukung oleh Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)," jelas dr. Lily.
Baca juga: Kemenkes awasi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga selama PTM
Baca juga: Kasus sembuh dari COVID-19 terbanyak di DKI Jakarta
Baca juga: Indonesia datangkan 2.000.700 dosis vaksin Pfizer dalam bentuk jadi
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021