"Sedang dibicarakan apakah kalau kita booster dengan vaksin yang sama dengan Arab Saudi mereka masih mau menerima," kata Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro dalam agenda pelatihan kepada media terkait obat dan vaksin di masa pandemi COVID-19 yang diselenggarakan BPOM dan diikuti dari aplikasi Zoom di Jakarta, Selasa.
Sri mengatakan Pemerintah Arab Saudi menggunakan platform vaksin yang sama dengan Indonesia yakni virus utuh yang dimatikan.
"Arab Saudi sama dengan Indonesia menggunakan platform virus yang dimatikan tapi jenisnya Sinopharm yang dipacu dengan vaksin berplatform mRNA," katanya.
Baca juga: Kemenkes ingatkan calon jamaah haji penuhi persyaratan vaksinasi
Baca juga: Kemenag susun delapan skema penyelenggaraan ibadah haji dan umrah
Sementara jamaah umrah Indonesia sebagian besar menggunakan vaksin Sinovac yang juga berplatform virus utuh yang dimatikan.
Sri mengatakan vaksin tersebut memiliki karakteristik imun yang tidak bertahan lama. Upaya mengembalikan khasiat memerlukan pemberian booster atau vaksin tambahan. "Kita harus berikan penguat (booster)," katanya.
Sri mengatakan muncul kekhawatiran dari otoritas Arab Saudi, jika vaksin Sinovac tanpa booster mRNA membuat imun peserta umrah dan haji menurun saat mereka tiba di Tanah Suci.
ITAGI hingga saat ini masih melobi Pemerintah Arab Saudi perihal pemberian vaksin yang tepat bagi pelaku perjalanan umrah dari Indonesia.
Sri juga mendorong pemerintah melakukan penelitian terhadap khasiat vaksin Sinovac sebagai bahan lobi untuk disampaikan kepada otoritas Arab Saudi.
"Makanya kita perlu bukti. Kalau kita punya penelitian dan kita bisa memperlihatkan bahwa imunitasnya bisa tinggi, saya kira mereka (Arab Saudi) bisa yakin," katanya.*
Baca juga: Kemenag: Luas lahan di Mina jadi tantangan tambah kuota jamaah haji
Baca juga: Menkes RI berteman baik dengan Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021