Menurut International Osteoporosis Foundation (IOF) 2020, osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan kekuatan tulang, sehingga tulang mudah patah.
Koordinator Subdirektorat Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr. Lily Banonah Rivai, M.Epid, memaparkan data dari Infodatin Osteoporosis 2020 yang menyebutkan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia memiliki risiko osteoporosis.
"Osteoporosis perlu diwaspadai karena dapat terjadi tanpa gejala hingga terjadi patah tulang, sehingga disebut dengan silent disease," kata dr. Lily dalam seminar web, ditulis pada Rabu.
Baca juga: Raisa cegah tulang keropos lewat 3S
"Osteoporosis masih menjadi masalah global yang berkembang, setiap 3 detik diperkirakan terjadi patah tulang akibat osteoporosis," ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, risiko osteoporosis bergantung pada seberapa banyak massa tulang yang dicapai di masa muda. Di usia muda, tubuh akan membuat tulang baru lebih cepat dan massa tulang meningkat.
Setelah awal usia 20-an, proses ini melambat, dan kebanyakan orang mencapai puncak massa tulang pada usia 30 tahun. Setelah usia ke-35, kepadatan tulang akan terus berkurang 0,3 persen hingga 0,5 persen per tahun.
Maka dari itu, dr. Lily mengatakan, pemenuhan nutrisi dan gerak aktif akan lebih efektif jika dilakukan sejak masih muda untuk pertumbuhan tulang optimal, sehingga memiliki kondisi fisik yang sehat dan tetap merasa muda meski sudah usia lanjut.
Pada usia lanjut, pemenuhan nutrisi untuk tulang tetap dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang agar tidak terus menurun.
"Menjaga kesehatan tulang membutuhkan perjalanan panjang yang perlu dilakukan sejak dini, agar tetap kuat bergerak bebas di usia lanjut dan mengurangi risiko osteoporosis," kata dr. Lily.
Dalam Hari Osteoporosis Nasional dan Sedunia tahun ini, dr. Lily berharap masyarakat bisa lebih teredukasi akan faktor, risiko, pencegahan, dan pengobatan penyakit tulang termasuk osteoporosis, walaupun pergerakan di masa pandemi lebih terbatas jika dibandingkan dengan beberapa tahun belakangan.
"Peringatan Hari Osteoporosis Nasional dan Sedunia tahun ini menjadi momen kita semua untuk meningkatkan kesehatan tulang dan tetap aktif di masa pandemi, sehingga kita bisa menjadi manusia, masyarakat Indonesia yang berkualitas, produktif dan siap untuk bersaing," kata dr. Lily menambahkan.
Baca juga: Perubahan gaya hidup saat pandemi pengaruhi risiko osteoporosis
Baca juga: Dokter: Wanita lebih berisiko terkena osteoporosis
Baca juga: Osteoporosis, penyakit tersembunyi yang tidak disadari
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021