• Beranda
  • Berita
  • ITAGI sebut lansia yang ragu vaksin sebagai kelompok "hesitancy"

ITAGI sebut lansia yang ragu vaksin sebagai kelompok "hesitancy"

20 Oktober 2021 19:37 WIB
ITAGI sebut lansia yang ragu vaksin sebagai kelompok "hesitancy"
Ilustrasi - Kakek berusia 104 tahun, warga Kota Bogor, Wirjawan Hardjamulia, menjalani penyuntikan vaksin dosis kedua, di Rumah Sakit Vania, Kota Bogor, Selasa (20/4/2021). ANTARA/HO-Pemkot Bogor).

pentingnya peran keluarga, tetangga, RT/RW

Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) menyebut sebagian masyarakat lanjut usia yang ragu terhadap khasiat vaksin COVID-19 ke dalam kelompok hesitancy.

"Ternyata banyak sekali faktor yang mempengaruhi. Hesitancy ini sebetulnya masalah individu masalah seseorang menerima vaksinasi. Dia bisa menerima, tapi juga masih menolak," kata Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro yang dikonfirmasi ANTARA dari Jakarta, Rabu.

Sri mengatakan kelompok hesitancy sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat.

Sri menyarankan agar pemerintah melibatkan kalangan profesional di bidang kesehatan dalam memberikan informasi yang dapat dimengerti oleh kalangan lansia.

"Dia harus dilatih dengan baik agar bisa memberikan pelayanan yang baik," katanya.

Baca juga: Vaksinasi lansia ikut menjadi indikator penetapan level PPKM Jawa-Bali
Baca juga: Jubir: Pemerintah percepat vaksinasi COVID-19 untuk lansia dan anak


Hal yang tidak kalah penting, kata Sri, adalah komunikasi media massa dalam memberikan pencerahan terhadap kelompok hesitancy.

Hasil survei ITAGI melaporkan sebagian kelompok hesitancy memiliki permasalahan dengan vaksinasi di masa lalu yang mengecewakan. Sebagian lagi tidak memahami risiko dan manfaat vaksin. "Mungkin ada juga masalah-masalah dengan pantangan di ajaran agama mereka dan sebagainya," katanya.

Ia menjelaskan, tidak sedikit juga lansia yang merasa takut dengan jarum suntik dan khawatir dengan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) dan ada pula yang gagap teknologi.

Sri memastikan bahwa vaksin memiliki banyak keuntungan bagi daya tahan tubuh terhadap penyakit, misalnya mengurangi sakit, penularan, kecacatan bahkan kematian.

"Tapi di samping itu ada juga risiko yang juga harus kita terangkan sehingga mereka paham apa yang harus dilakukan," katanya.

Sri menyarankan agar seluruh keluhan dari kelompok vaksin hesitancy didengarkan dan dijawab, sedangkan kepada mereka yang menolak jangan didebat dan disalahkan apalagi dipaksa.

"Yang terpenting lainnya adalah jangan mengulang-ulang hoaks. Ini pentingnya peran keluarga, tetangga, RT/RW dalam membantu lansia meluruskan kabar bohong," katanya.

Baca juga: Survey John Hopkins: 40 persen lansia Indonesia tidak mau divaksin
Baca juga: Kemenkes: Masuk evaluasi PPKM, vaksinasi lansia diharapkan meningkat
Baca juga: Merangkul kaum lansia untuk sukseskan program vaksinasi pemerintah

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021