Ketua bidang promosi dan humas Dekranas, Nur Asia Uno saat membuka pameran mengatakan kegiatan pameran koleksi Merdi Sihombing yang menggandeng komunitas perempuan patut diapresiasi.
"Seperti yang Bang Sandiaga Uno sampaikan bahwa dengan berkolaborasi, berinovasi dan bergandengan tangan kita dapat bangkit bersama dalam masa sulit ini. Hal ini karena UMKM dan pelaku ekonomi kreatif saling berkaitan. Event yang mengkolaborasikan pelaku ekonomi kreatif dan UMKM dapat memberitahukan potensi UMKM kepada masyarakat umum," kata Nur Asia Uno dalam siaran pers pada Kamis.
Baca juga: Merdi tampilkan 24 koleksi tenun ikat di Swarna Fest
Baca juga: Buku "Perjalanan Tenun Merdi Sihombing" diluncurkan
Pameran menampilkan serangkaian koleksi kain tenun hasil pemberdayaan dua komunitas di Desa Ternate Umapura, Alor dan Dairi, Sumatera Utara.
Merdi Sihombing mengatakan koleksi yang kali ini digelar adalah hasil community development di tiga tempat.
“Tepatnya di Desa Ternate Umapura, Alor didukung oleh Progam CSR dari Pegadaian. Di sana kami memanfaatkan tumbuhan endemis setempat dan limbah dari biota laut untuk dijadikan pewarna alam,” ungkap Merdi Sihombing yang kali ini menghadirkan kain-kain tenun dengan nuansa warna oranye, ungu, terakota dan warna hijau.
Koleksi tenun lainnya berasal dari komunitas penenun di Dairi, Sumatera Utara yang mendapatkan pembinaan Dekranasda Dairi dan dukungan pendanaan dari Inalum.
“Kali ini kami juga memamerkan produk luxury home living yang terbuat dari tumbuhan purun yang tumbuh di lahan gambut. Kami, PT. Eco Fashion Indonesia, bekerja sama di dua propinsi, 2 kabupaten dan 6 desa di Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Sementara di Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, kami bekerja sama dengan Desa Pulau Geronggang dan Desa Cinta Jaya," papar Merdi.
Selain bekerja dengan komunitas penganyam, Merdi menyatakan PT. Eco Fashion Indonesia yang dipimpinnya berhasil membangun jaringan pasok dengan bantuan dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove serta hibah dari Norwegia di bawah UNOPS.
“Kami melakukan penanaman purun sebanyak masing-masing 1 hektar di 5 desa. Selain itu dibangun pula rumah purun di Pulau Geronggang dan Pulau Asia baru. Para perajin juga kami perkenalkan teknik baru untuk membuat Purun dijadikan tambang dan teknik membelah purun yang dijadikan bahan produk Home Living," tandas Merdi Sihombing menambahkan.
Proses pembuatan purun menurut Merdi menjadi lebih simple karena tidak perlu dijemur. Purun dapat dibelah dan dianyam saat masih dalam keadaan basah dibelah untuk dijadikan tikar atau tas dan dijadikan tambang.
“Kami memikirkan jangka panjang, agar para perajin purun – yang kini didominasi anak muda – mau terus berkarya. Untuk itu pula kami menjalin Kerjasama dengan UMKM-UMKM yang berada di Jogjakarta, Nias dan Batak. Kami yakin dengan cara ini harga jual purun dapat ditingkatkan.” tutup Merdi.
Baca juga: Sandiaga Uno beri kenang-kengan kain Ulos Danau Toba kepada Wagub DKI
Baca juga: Olah kreativitas kunci bertahan di industri fesyen kala pandemi
Baca juga: Pulau Rote tak hanya debu dan angin
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021