Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan laba bersih perseroan ditopang oleh pertumbuhan kredit yang agresif, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang rendah, dan efisiensi biaya dana berkat peningkatan dana murah (current account saving account/CASA).
"Meski laba tahun berjalan masih negatif, kami tetap bersyukur atas pencapaian ini. Kami optimistis kinerja kami di masa mendatang akan terus membaik dan Jago akan menjadi bank digital yang profitable serta mampu untuk tumbuh secara berkelanjutan," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Bank Jago klaim fitur "Kantong" permudah nasabah atur keuangan
Penyaluran kredit perseroan hingga akhir September 2021 mencapai Rp3,73 triliun, melonjak 502 persen dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Pertumbuhan kredit terutama terjadi pada kuartal III dengan kenaikan sebesar Rp1,56 triliun dari posisi kuartal sebelumnya (qtq).
"Prosentase kenaikannya terlihat tinggi karena kami berangkat dari baseline yang rendah. Tapi kami melihat kemajuan bisnis yang konsisten dari waktu ke waktu. Kami akan menjaga momentum ini dengan terus memperluas kolaborasi dan integrasi dengan ekosistem digital," ujar Kharim.
Kharim menyampaikan, saat ini, aplikasi Jago telah terintegrasi dengan aplikasi reksadana online Bibit.Id dan super app Gojek.
Integrasi tersebut memudahkan konsumen untuk mengakses produk dan layanan jasa keuangan secara mulus, mudah, cepat dan aman. Fitur Kantong Jago yang terhubung dengan aplikasi Bibit dan Gojek juga membuat pengelolaan keuangan menjadi lebih disiplin, inovatif dan kolaboratif.
Selain berkolaborasi dengan Bibit dan Gojek, Jago juga bekerja sama dengan sejumlah fintech lending, multifinance dan institusi keuangan lain berbasis digital.
Pola kerja sama pembiayaan (partnership lending) itu memampukan Jago untuk ekspansif namun dengan pengelolaan risiko yang lebih terkendali. Hal itu tercermin pada rasio NPL yang berada di level 0,6 persen.
"Pencapaian ini mengonfirmasi bahwa bisnis model kami sudah tepat. Implementasi konsep kolaborasi dengan ekosistem digital dalam melayani nasabah terbukti membuat kami tumbuh anorganik, efektif dan cepat," kata Kharim.
Pertumbuhan kredit sebesar 502 persen berdampak pada pendapatan bunga yang meningkat 478 persen menjadi Rp355 miliar.
Sementara itu, beban bunga hanya terkerek 104 persen menjadi Rp38 miliar. Hal itu menghasilkan pendapatan bunga bersih senilai Rp318 miliar, atau tumbuh 640 persen. Net interest margin (NIM) kini berada di angka 6,1 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,4 persen.
Kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari upaya Jago memperbanyak komposisi dana murah. Hingga akhir September 2021, total dana pihak ketiga mencapai Rp2,54 triliun, tumbuh 564 persen.
Dari jumlah tersebut, dana murah atau CASA sebanyak Rp985 miliar, melonjak 1.031 persen. Sedangkan deposito senilai Rp1,6 triliun, meningkat 427 persen.
Proporsi CASA terus membaik. Sebagai pembanding, porsi CASA pada September 2021 mencapai 38,72 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 22,74 persen, atau posisi akhir Juni sebesar 30,21 persen. Pada kurun waktu yang sama, porsi deposito terhadap DPK telah menyusut dari 77,26 persen menjadi 69,79 persen dan kini 61,3 persen.
"Porsi CASA yang terus membesar ini mempengaruhi struktur biaya dana sehingga berdampak positif pada perolehan margin. Peningkatan dana murah ini juga menunjukkan tingkat penerimaan publik yang semakin baik terhadap aplikasi Jago," ujar Kharim.
Sementara itu, aset Jago mencapai Rp11 triliun per akhir September 2021, tumbuh 536 persen (yoy). Adapun permodalan mencapai Rp8 triliun, sangat solid untuk menunjang ekspansi dan rencana bisnis Jago ke depan.
Baca juga: Ribbit Capital investasi di Bank Jago percepat Inklusi keuangan
Baca juga: Bank Jago optimistis kinerja membaik meski laba belum positif
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021