“Tetapi kami percaya (teknologi kesehatan semisal telemedisin) ini tidak hanya bermanfaat dan dimanfaatkan saat pandemi. Di luar pandemi, kami berharap bisa terus didorong,” kata dia dalam sebuah diskusi bersama media, ditulis Sabtu.
Di sisi lain, Daeng meyakini dalam waktu 3-5 tahun ke depan, telemedisin menjadi pilihan dokter dan tenaga kesehatan secara umum untuk berkontribusi memberikan layanan kesehatan lebih cepat dengan jangkauan lebih luas dan mutu lebih baik.
Tetapi, hal ini tidak berarti menjadikan teknologi menjadi ancaman bagi praktik konvensional. Dia mendorong dibentuknya ekosistem layanan kesehatan yang baik, sehingga terwujudlah sebuah bentuk pelayanan terbaik baik bagi penyedia maupun masyarakat termasuk di wilayah Timur Indonesia.
“Wilayah kita luas, akses pelayanan kesehatan harus dibuka selebar-lebanya karena masih ada daerah-daerah tertentu yang mungkin fasilitas pelayanan fisik masih terbatas terutama wilayah Timur. Tantangan kita ini untuk perluas akses telemedis menjadi suatu hal penting,” kata Daeng.
Di masa pandemi COVID-19 saat ini, teknologi membantu tenaga kesehatan untuk memberikan pendampingan dan pengarahan pada masyarakat dan karenanya pelayanan kesehatan saat pandemi tetap berjalan.
Pada mereka yang menjalani isolasi mandiri misalnya. Telemedisin berperan mendampingi pasien agar melakukan hal tepat mulai dari obat yang perlu diminum, kegiatan yang sebaiknya dilakukan hingga tanda bila harus melakukan pemeriksaan lanjutan.
“Kalau tidak didampingi, (isolasi mandiri) tidak bisa dilakukan dengan baik oleh masyarakat. Kami khawatirkan terjadi angka kematian, karena sudah perawatan kurang baik, bisa jadi sudah kondisi emergency tidak tahu kapan harus ke rumah sakit,” tutur Daeng.
Sependapat dengan Daeng, CBO & Co-Founder Halodoc, Doddy Lukito mengatakan, dari sisi dokter, hadirnya teknologi memberikan akses bagi mereka melayani pasien di seluruh Indonesia, bahkan orang Indonesia di luar negeri selama mereka mendapatkan akses internet.
Sementara dari sisi pasien, teknologi memudahkan mereka berkonsultasi dengan dokter dan tenaga kesehatan secara umum selama 24 jam. Akses mereka juga lebih luas khususnya bagi yang tinggal di wilayah dengan infrastruktur layanan kesehatan fisik belum memadai.
“Cukup gunakan smartphone dan internet sudah bisa mendapatkan pelayanan kesehatan lewat teknologi,” demikian kata Doddy.
Baca juga: Teknologi kesehatan bisa bantu pandemi menjadi endemi
Baca juga: Telkomsel hadirkan Robocall untuk permudah layanan daring RS
Baca juga: COVID-19 percepat perkembangan layanan kesehatan digital
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021