Pulau Terluar di Batam Nyaris Tenggelam

28 Februari 2011 14:30 WIB
Pulau Terluar di Batam Nyaris Tenggelam
Ilustrasi Pulau Trluar (ANTARA News/Dokumen)
Batam (ANTARA News) - Pulau Batu Berantai, pulau terluar Indonesia yang berada di Batam, Kepulauan Riau, nyaris tenggelam.

"Pulau itu hanya ada (terlihat) saat surut, sedang waktu pasang dia tenggelam," kata Wali Kota Batam Ahmad Dahlan, Senin.

Ia mengatakan, keberadaan Pulau Batu Berantai penting bagi kedaulatan NKRI, karena pulau itu satu dari tiga pulau terluar yang berbatasan dengan Perairan Singapura.

"Jaraknya hanya tiga sampai lima km dari Singapura," kata Wali Kota.

Pemerintah Kota Batam, kata dia, meminta Pemerintah Pusat untuk segera mereklamasi Pulau Batu Berantai, agar tidak hilang.

Permintaan itu disampaikan langsung kepada Presiden Yudhoyono di Bintan beberapa waktu lalu. Dan Wali Kota mengatakan Presiden merespons positif permintaan itu dan akan melakukan kajian bersama.

"Jawabannya baru akan diberikan dua bulan lagi," kata Wali Kota.

Dan bila pulau kecil itu sudah direklamasi, Wali Kota mengatakan akan membangun tugu yang menyatakan pulau itu bagian dari NKRI.

Ia mengatakan tidak akan merelokasi penduduk untuk tinggal di pulau terdepan. Pulau Batu Berantai merupakan satu dari tigapulau terdepan yang terdapat di wilayah administratif Kota Batam selain Pulau Nipah dan Pulau Puteri.

Menurut Wali Kota, kondisi Pulau Nipah dan Pulau Puteri relatif lebih baik ketimbang Pulau Batu Berantai, karena sudah direklamasi dan dijaga tentara.

Di tempat terpisah Kepala Bagian Humas Pemkot Batam Yusfa Hendri mengatakan Pulau Batu Berantai nyaris tenggelam karena kondisi pulau yang hanya karang atol.

Yusfa membantah pulau nyaris tenggelam akibat aktivitas penggalian pasir darat. "Dia karang atol, tapi karena merupakan titik terdepan Indonesia, maka perlu direklamasi," kata Yusfa.

Sebelumnya, Pulau Nipah juga nyaris tenggelam akibat pengerukan pasir darat. Kemudian pulau itu direklamasi oleh Pemerintah Pusat dengan biaya triliunan rupiah.

(ANTARA/S026)


Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011