Holding pesantren dalam bentuk himpunan ekonomi bisnis menjadi salah satu strategi penting bagi penguatan dan akselerasi pengembangan unit usaha pondok pesantren
Bank Indonesia mendorong ekonomi dan keuangan syariah menjadi arus baru perekonomian nasional serta mendukung Indonesia menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.
“Sektor usaha syariah dalam kondisi pandemi justru menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan pertumbuhan 8,2 persen (yoy), lebih tinggi dari PDB kita 7,07 persen untuk triwulan II 2021,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng dalam pembukaan Musyawarah Kerja Nasional Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (Hebitren) yang dilakukan secara daring di Jakarta, Senin.
Pertumbuhan perekonomian syariah tersebut, lanjut Sugeng, harus dimanfaatkan dengan baik oleh pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua dan menjadi salah satu ciri khas Indonesia. Menurutnya, pesantren dapat menjadi sentra kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia karena pesantren berbasis komunitas dan tersebar di seluruh Indonesia.
“Holding pesantren dalam bentuk himpunan ekonomi bisnis menjadi salah satu strategi penting bagi penguatan dan akselerasi pengembangan unit usaha pondok pesantren,” ujar Sugeng.
Sugeng menyampaikan bahwa dalam 2 tahun terakhir Hebitren berkembang sangat pesat. Dengan 17 koordinator wilayah dan 320 pesantren di seluruh Indonesia, lanjutnya, Hebitren menunjukkan adanya semangat persatuan dan kebersamaan yang tinggi dari berbagai pondok pesantren di Indonesia untuk menjadikan pesantren sebagai salah satu garda terdepan bagi pemulihan konsumen nasional.
Lebih lanjut Sugeng mengatakan bahwa pondok pesantren merupakan salah satu institusi yang menjadi fokus Bank Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi syariah.
Tiga pilar strategi yang diterapkan BI untuk pesantren adalah pemberdayaan ekonomi syariah yang diterjemahkan melalui penciptaan ekosistem secara end-to-end melalui peningkatan kapasitas yang tidak hanya di pelaku usaha namun juga mencakup penguatan infrastruktur industri halal serta aspek kelembagaan pondok pesantren melalui herbitren.
“Kedua adalah terus mendorong pengembangan dan pendalaman pasar keuangan syariah. Ini sangat penting dilakukan untuk bagaimana bisa tersedia berbagai instrumen keuangan komersial dan sosial berbasis syariah yang mendukung kegiatan ekonomi,” jelasnya.
Sedangkan pilar ketiga adalah penguatan riset, asesmen dan edukasi yang akan menjadi dasar penting untuk mengembangkan perekonomian syariah serta edukasi yang diharapkan bisa meningkatkan literasi ekonomi syariah masyarakat Indonesia yang saat ini masih cukup rendah.
Selain itu, lanjutnya, terdapat tiga aspek penting yang perlu mendapat perhatian untuk mengembangkan pesantren. Pertama aspek penguatan kelembagaan yang terdiri dari penguatan tata kelola, profesionalisme, dan akuntabilitas.
”BI juga telah mengembangkan aplikasi sistem akuntansi Pesantren Indonesia yang disingkat Santri. Aplikasi yang dapat mempermudah pencatatan transaksi sehingga pada akhirnya dapat tercipta laporan keuangan yang terstandarisasi sesuai dengan pedoman yang berlaku,” kata Sugeng.
Aspek kedua adalah optimalisasi sumber daya regional dan digitalisasi melalui studi kelayakan, transfer of knowledge, teknologi digital dan sistem pembayaran. Sedangkan aspek ketiga adalah sinergi dan kolaborasi dengan legislatif, pemerintah, pelaku usaha, media massa&asosiasi serta seluruh masyarakat.
Baca juga: Erick Thohir ungkap santri pilar ekonomi syariah nasional
Baca juga: Ma'ruf Amin: Santri berperan dalam penanggulangan COVID-19
Baca juga: BI: Digitalisasi kunci kembangkan ekonomi Islam
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021