• Beranda
  • Berita
  • Kebangkitan pariwisata Tanah Rencong di tengah pandemi

Kebangkitan pariwisata Tanah Rencong di tengah pandemi

25 Oktober 2021 21:28 WIB
Kebangkitan pariwisata Tanah Rencong di tengah pandemi
Warga membuat kerajinan tangan di Desa Wisata Nusa, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, Rabu (20/10/2021). ANTARA/Khalis Surry.
Meskipun belum ada tanda berakhir, namun kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia kian membaik. Hal itu seiring dengan tren penambahan kasus positif baru terus menunjukkan penurunan di seluruh Tanah Air, tak terkecuali Aceh.

Secara akumulatif kasus COVID-19 di Aceh telah mencapai 38.286 orang, dengan rincian 36.036 orang dinyatakan sembuh, 2.044 orang meninggal dunia, dan tersisa 206 orang lagi yang masih menjalani perawatan dan isolasi mandiri.

Tren kasus menurun ini menjadi titik terang bagi provinsi paling barat Indonesia itu untuk bangkit, terutama sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang begitu terdampak dalam dua tahun terakhir.

Apalagi dalam waktu dekat, Aceh akan menyambut investasi terbesar pada sektor pariwisata dari Uni Emirat Arab (UEA) dengan nilai 500 juta dolar AS, yang terpusat di Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.

“Ini (investasi) terbesar sepanjang sejarah, dan kita harapkan investasi ini akan mensejahterakan masyarakat Aceh,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga di Banda Aceh.

Seiring kondisi pandemi kian membaik, ditambah lagi investasi besar-besaran UEA ke Aceh, maka menjadi sinyal kebangkitan dan awal semangat untuk membangun sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di bumi Serambi Mekkah, dengan segala potensinya.

Saat ini, Kemenparekraf tengah melengkapi administrasi, dan kesiapan pemerintah pusat maupun daerah dalam menyambut investasi jumbo itu. Direncanakan penandatanganan perjanjian investasi akan berlangsung di Abu Dhabi pada Oktober ini.

“Rencananya bapak Gubernur Aceh akan berangkat ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab untuk penandatanganan di depan Presiden (Joko Widodo),” kata Sandiaga.

Desa Wisata

Kemenparekraf menilai Aceh memiliki potensi besar untuk pengembangan gampong atau desa wisata. Salah satunya seperti yang dilakukan Desa Wisata Nusa, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, yang mengembangkan potensi desa sehingga berhasil masuk dalam 50 finalis Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021.

“Ini adalah tren baru pariwisata kita, pariwisata berbasis komunitas. Pariwisata yang membuka lapangan kerja untuk masyarakat dan terbuka peluang untuk pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan,” kata Sandiaga.

Saat ini, Desa Wisata Nusa itu telah memiliki 42 unit homestay, rumah panggung kayu tradisional dengan balutan warna-warni dari swadaya warga Desa Nusa.

Pada 2004, Desa Nusa rata dengan tanah diporak-porandakan tsunam. Desa ini baru mulai bangkit pada 2010, dengan memanfaatkan potensi alam untuk menjadikan Nusa sebagai desa wisata.

Hasilnya, sebelum pandemi, desa ini banyak dikunjungi wisatawan nusantara maupun mancanegara, seperti Malaysia, Thailand, Brunai Darussalam hingga Singapura untuk menikmati keindahan alam dan kearifan lokal.

“Mudah-mudahan lebih banyak lagi yang menjadi desa wisata, yang bisa menggerakkan ekonomi, mengangkat kesejahteraan masyarakatnya dan membuka lapangan kerja, khususnya untuk anak-anak muda,” katanya.

Selama ini dunia pariwisata Tanah Air fokus terhadap kuantitas, dan menjadikan wisatawan mancanegara sebagai andalan. Padahal Indonesia memiliki jutaan wisatawan nusantara yang juga bisa menjadi pendongkrak tingkat kunjungan wisata di seluruh nusantara.

Ada 1.831 desa wisata yang ikut dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021. Tahun depan Kemenparekraf akan terus mengembangkan program tersebut sehingga lebih banyak lagi desa-desa di seluruh nusantara yang mengikutinya.

Melalui desa wisata ini kita bisa menggerakkan ekonomi dan membuka lapangan kerja untuk masyarakat, seperti Gampong Nusa, katanya lagi.

Sementara itu, Bupati Aceh Besar Mawardi Ali meminta Menparekraf RI untuk membantu pemerintah daerah dalam mendatangkan investor di sektor pariwisata yang selama ini masih minim di ujung barat Indonesia itu, terutama Aceh Besar.

Ia menilai Desa Wisata Nusa akan menjadi contoh bagi desa-desa lain di Aceh untuk terus berkembang dalam memanfaatkan potensi desa guna menunjang perekonomian masyarakat.

Aceh Besar memiliki 604 gampong yang tersebar dalam 23 kecamatan. Selama ini telah banyak gampong yang memiliki kreativitas, dengan secara langsung membangun desa dengan berbagai inovasi.

“Jadi kekurangan kami hari ini dalam membangun pariwisata adalah kurangnya para investor yang mau membangun, baik skala kecil tingkat desa maupun destinasi lain,” kata Mawardi.
Bupati Aceh Besar Mawardi Ali (kiri) saat mendampingi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno (dua kiri) meninjau gampong atau desa wisata Nusa, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Rabu (20/10/2021). (ANTARA/Khalis Surry)


Wisata Kebencanaan

Selain pengembangan wisata bahari, Menparekraf juga menyiapkan dua destinasi wisata di Aceh sebagai pariwisata berbasis edukasi kebencanaan, yakni Desa Wisata Nusa dan Kapal PLTD Apung Banda Aceh.

Wisata berbasis sejarah atau wisata berbasis pengetahuan, edukasi ini sangat dibutuhkan.

Saat jadi wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga berkunjung ke Rinkai Disaster Prevention Park di Tokyo Jepang. Menurutnya wisata berbasis edukasi menjadi sebuah keharusan oleh setiap sekolah di Jepang, dan Indonesia patut mencontohnya.

Jadi nanti di Indonesia juga ada study tour agar kita memahami potensi mitigasi dari bencana tsunami. Dibuat semacam experience atau story telling yang dikemas mungkin simulasi gempa dan tsunami itu sendiri, yang bekerjasama dengan BMKG.

Pada 2022, Kemenparekraf mengajukan Indonesia sebagai sebagai tuan rumah dari konferensi besar tentang kebencanaan, dan salah satu acaranya adalah mengunjungi museum PLTD Apung Banda Aceh.

Desa Wisata Nusa juga memiliki potensi yang sama seperti PLTD Apung. Nusa akan menjadi desa pertama di Indonesia yang mendapatkan pengembangan sebagai Desa Wisata berbasis edukasi kebencanaan.

Dari 50 desa wisata yang masuk dalam finalis Anugerah Desa Wisata Indonesia, ini merupakan desa yang pertama dikembangkan menjadi desa wisata edukasi tentang pemahaman kebencanaan.

Desa Wisata Nusa memiliki daya tarik yang luar biasa, baik dari keindahan alam, seni dan budaya, serta yang sangat potensial lagi sangat cocok untuk pengembangan wisata berbasis edukasi tentang kebencanaan.

Menparekraf akan menyusun program tersebut dengan melibatkan para pihak seperti pemerintah daerah, BMKG, instansi pendidikan dan bahkan pihak luar negeri seperti Jepang.

"Karena desa ini punya history tentang tsunami 2004. Kita ingin belajar dari apa yang terjadi dan kearifan lokal yang bisa kita edukasikan khususnya kepada sekolah-sekolah. Sehingga masyarakat lebih tahu seandainya ada gempa potensi tsunami, apa yang harus dilakukan," katanya.

Nantinya, spot desa wisata Gampong Nusa itu akan sering dikunjungi sekolah-sekolah, sama seperti Rinkai Disaster Prevention Park di Tokyo Jepang, yang menjadi tempat belajar mitigasi bencana.

Pintu Wisman

Kemenparekraf juga mempertimbangkan untuk membuka kembali pintu wisata Aceh bagi wisatawan mancanegara (wisman), seiring tren kasus positif baru terus penurunan di bumi Serambi Mekkah itu.

Kebijakan ini menjadi penting untuk mendongkrat kunjungan wisman, terutama Malaysia yang menjadi negara paling tinggi berkunjung ke Aceh.

Oleh karenanya, Menparekraf akan menunggu surat, baik dari Pemerintah Aceh atau DPR Aceh sebagai bahan pertimbangan membuka kembali pintu wisata bagi turis asing.

Selama ini, Indonesia telah membuka Bali dan Kepulauan Riau (Kepri) untuk dapat dikunjungi turis asing, dan kesempatan itu juga akan didapatkan daerah-daerah lain di Tanah Air.

“Kita ingin membuka. Seperti di Desa Wisata Nusa ini, saya dengar cerita banyak wisatawan dari Malaysia ke sini karena mereka merasakan keindahan alam dan ini menjadi sumber dari ekonomi masyarakat disini,” katanya.

Pintu wisata bagi turis asing akan dibuka apabila semua pihak terus bersatu melawan pandemi, disiplin penerapan protokol kesehatan.

Jika COVID-19 menunjukkan keadaan kondusif ditambah dengan dukungan pemerintah daerah dan para pelaku pariwisata yang sudah siap untuk menerapkan protokol kesehatan, ini tentunya akan menjadi pertimbangan.

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021