"Cita-cita menjadi UIN mudah-mudahan segera terealisasi," kata Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Dukungan ini disampaikan Lestari Moerdijat, atau yang akrab disapa Kakak Riri saat menghadiri sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo, Kota Palopo, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Oktober 2021.
Kedatangan Lestari disambut antusias oleh civitas akademika IAIN Palopo yang memadati auditorium tempat kegiatan sosialisasi.
Turut hadir pula Wali Kota Palopo H. Muhammad Judas Amir, Rektor IAIN Palopo Prof Abdul Pirol, serta para guru besar IAIN Palopo.
Dalam sambutannya, Lestari merasa luar biasa bisa berdiri di hadapan civitas akademika IAIN Palopo.
Menurut dia, Palopo mempunyai arti penting bagi Republik Indonesia, sebab dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pejuang-pejuang dari Palopo dan Luwu gigih mengangkat senjata.
"Perjuangan rakyat di daerah ini menjadi catatan tinta emas," tuturnya.
Baca juga: Lestari Moerdijat: Mahasiswa aktif sampaikan nilai-nilai kebangsaan
Lebih lanjut Lestari menyebutkan, sebagai wilayah yang dulu berdiri Kedatuan Luwu, kedatuan yang ada bersama dengan kerajaan dan kesultanan yang lain bersepakat mendukung berdirinya Negara Kesaturan Republik Indonesia (NKRI). Datu yang ada ikut menyatakan bergabung dengan Indonesia.
"Jadi Palopo dan Luwu memberi kontribusi bagi berdirinya NKRI," paparnya.
Dalam sosialisasinya, Lestari Moerdijat mengatakan bangsa Indonesia saat ini menghadapi krisis multidimensi dan tantangan dari dalam dan luar.
Saat ini, lanjut dia, dunia tengah mengalami lompatan teknologi yang begitu cepat. Penemuan teknologi silih berganti. Dahulu orang hanya berkomunikasi dengan telepon rumah, saat ini "handphone" yang dipegang oleh setiap orang memiliki teknologi yang sangat luar biasa.
Kemajuan teknologi yang ada patut disyukuri namun dengan adanya media sosial, salah satu buah dari kemajuan teknologi, membawa dampak tersendiri.
Media sosial, kata Lestari, awalnya digunakan sebatas untuk memperlancar dan mempercepat komunikasi namun saat berubah menjadi alat penyebar "hoax" atau berita bohong. Akibat yang demikian banyak kegaduhan yang terjadi.
"Saat teknologi komunikasi masih sederhana, hal demikian tidak ada," katanya.
Lestari Moerdijat merasa bersyukur bangsa Indonesia memiliki Pancasila, sebagai dasar negara, merupakan benteng untuk menjadi tameng dalam menghadapi berbagai macam krisis.
Menurut dia, nilai-nilai Pancasila yang ada disebut sudah hidup di tengah bangsa Indonesia sejak dulu kala.
Baca juga: Syarief Hasan: Empat Pilar adalah modal pokok pertahankan NKRI
"Dalam sosialisasi inilah kita ingatkan kembali Empat Pilar (Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI). Nilai-nilai yang ada diyakini sebagai pegangan untuk melewati berbagai masalah yang ada," terangnya.
Menurutnya Sosialisasi Empat Pilar tidak boleh berhenti namun kegiatan hal yang demikian terasa berat tanpa didukung oleh seluruh elemen masyarakat.
"Mahasiswa juga perlu menyampaikan Empat Pilar kepada mahasiswa dan masyarakat lainnya. Mahasiswa merupakan garda terdepan untuk menyampaikan Empat Pilar kepada kawan-kawannya," katanya menambahkan.
Sementara itu, Rektor IAIN Palopo Prof Abdul Pirol dam sambutannya mengatakan kehadiran Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat di IAIN Palopo mensosialisasikan Empat Pilar MPR diharapkan memberi nilai tambah dan nilai historis kepada IAIN Palopo. Serta memberi motivasi kepada kepada civitas akademika.
Prof Abdul menyampaikan, IAIN yang dipimpinnya berdiris sejak tahun 1968. Kampus ini dulunya merupakan cabang dari IAIN Alauddin, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Setelah berpisah dengan Alauddin, status perguruan tinggi ini menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).
"Dari STAIN selanjutnya menjadi IAIN. Dan kami ingin IAIN ini menjadi Universitas Islam Negeri," harapnya dengan antusias.
Menurut Abdul, keinginan bertransformasi menjadi UIN, sebab untuk kampus ini menyediakan bangku kuliah kepada 18.000 lulusan SMA, MAN, dan yang sederajad.
"Serta keinganan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul," kata Prof Abdul.
Baca juga: Anggota MPR: Nilai-nilai kebangsaan jangan hanya sekadar jargon
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021