• Beranda
  • Berita
  • IWP dan Siklus luncurkan pilot project solusi isi ulang di Labuan Bajo

IWP dan Siklus luncurkan pilot project solusi isi ulang di Labuan Bajo

26 Oktober 2021 13:11 WIB
IWP dan Siklus luncurkan pilot project solusi isi ulang di Labuan Bajo
Sejumlah wisatawan mengabadikan suasanai matahari terbenam (sunset) di kawasan wisata Bukit Silvia, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT Minggu (19/1/2020). Bukit Silvia merupakan salah satu kawasan wisata yang sering dipadati oleh wisatawan domestik dan mancanegara yang ingin menyaksikan sunset. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/foc. (Antara Foto/Kornelis Kaha)
Kedutaan Besar Denmark di Indonesia mendukung pilot partnership antara Indonesian Waste Platform (IWP), sebuah asosiasi nirlaba dengan Siklus, sebuah startup yang menggunakan solusi teknologi isi ulang untuk menyelesaikan masalah ekonomi dan lingkungan di Indonesia.

“Timbunan sampah dan minimnya pengelolaan sampah merupakan ancaman serius terhadap lingkungan dan iklim. Solusi terbaik adalah dengan mengurangi produksi jumlah sampah. Pilot project isi ulang dengan Siklus memiliki tujuan untuk mengatasi tantangan tersebut," tutur Head of Environmental Sector Cooperation di Kedutaan Besar Denmark Julie Bülow Appelqvist, dalam keterangannya diterima Selasa.

Appelqvist menambahkan bahwa Kedutaan Besar Denmark di Indonesia sangat bersemangat untuk mendukung pilot project tersebut dan berharap hasilnya dapat membuktikan bahwa seluruh pihak dapat mengurangi sampah dan sekaligus berkontribusi pada pengembangan lokal.

Pilot project tersebut akan diadakan di Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, Flores, sebuah area yang dirancang untuk dikembangkan sebagai salah satu dari 5 Destinasi Wisata Super Prioritas Indonesia.

Baca juga: Traveloka EPIC Sale catat kenaikan pemesanan lebih dari 1,5 kali lipat

Baca juga: Lima alasan "Work From Bali" asyik untuk bekerja secara daring


Selama 10 tahun terakhir, Labuan Bajo sukses bertumbuh dari komunitas nelayan kecil menjadi sebuah destinasi pariwisata yang berkembang pesat dengan pembangunan tercepat dalam 5 tahun terakhir.

Salah satu dampak yang dihasilkan dari perkembangan pariwisata suatu kawasan adalah kontribusinya terhadap lonjakan sampah yang dihasilkan. Hal ini memperparah krisis iklim dan polusi lingkungan mengingat pengelolaan sampah di wilayah NTT masih tertinggal.

Secara khusus, kemasan plastik sekali pakai yang tidak dapat didaur ulang, mengakibatkan dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan, seperti tempat pembuangan sampah yang tidak bersih, pembuangan sampah sembarangan, dan pembakaran sampah di lahan terbuka.

“Peluncuran solusi isi ulang milik Siklus di pedesaan dan daerah terpencil merupakan salah satu langkah signifikan untuk mewujudkan tujuan kami dari mengeliminasi pemakaian kemasan plastik sekali pakai di seluruh Indonesia,” jelas Jane von Rabenau, CEO & Co-Founder Siklus.

“Pilot project dengan Indonesian Waste Platform (IWP) membantu Siklus membawa solusi isi ulang kami ke bisnis, konsumen, dan komunitas di Labuan Bajo dengan menyediakan kenyamanan, penghematan, dan kesempatan bagi mereka untuk ikut mengurangi sampah plastik," tambah Rabenau.
​​
Siklus dikatakan Rabenau menciptakan kembali masa depan ritel dengan menjual kebutuhan sehari-hari tanpa kemasan dan dengan biaya lebih rendah. Perlengkapan isi ulang ini dibawa dengan kendaraan roda dua yang akan diantarkan langsung ke rumah konsumen.

Konsumen cukup menyediakan wadah sendiri untuk mengisi ulang produk konsumen seperti sabun, sampo, deterjen, dan minyak goreng dengan harga yang terjangkau. Siklus menggunakan teknologi isi ulang yang aman dan tepat untuk mengoptimalkan distribusi produk dan memungkinkan produsen untuk berinteraksi dengan pelanggan mereka. Tujuannya adalah menjadi model ritel berkelanjutan.

Rabenau Juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada Pemerintah Denmark yang mengusulkan untuk mendukung pilot project ini, menjadikan implementasi dari model isi ulang Siklus dilakukan di daerah terpencil di Indonesia.

Pengurangan kemasan plastik sekali pakai yang tidak memiliki nilainya dalam sektor daur ulang merupakan langkah penting menuju tercapainya Rencana Aksi Nasional.

Isi ulang yang dapat mengurangi produksi kemasan plastik yang tidak dapat didaur ulang tidak hanya mendukung upaya pengurangan pembuangan sampah dan mengurangi polusi plastik di laut, tetapi juga mendukung pengurangan pembakaran sampah plastik yang mana merupakan praktik yang sering dilakukan oleh negara di Asia.

"Pembakaran sampah ini tentu berdampak pada iklim melalui karbon hitam dan emisi karbon dioksida yang memperburuk krisis iklim dan polusi udara dengan asap beracun yang berdampak bagi kita semua dan khususnya kelompok yang paling rentan di masyarakat,” ujar Director Indonesian Waste Platform Nina van Toulon.

Dengan pilot project ini, IWP dan Siklus mengurangi dampak negatif pada iklim dan lingkungan dari sampah rumah tangga non-organik yang tidak dapat dikendalikan di daerah pelosok dan pedalaman di Indonesia.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan mengurangi kuantitas kemasan yang tidak dapat didaur ulang dengan teknologi daur ulang terkini di Indonesia, memperkenalkan alternatif model pengantaran yang telah terbukti di Jakarta.

Selain itu juga mengurangi pembakaran sampah di lahan terbuka yang dihasilkan dari pengurangan kemasan non-daur ulang (saset).

Pandemi COVID-19 dan pembatasan yang dilakukan telah berdampak pada ekonomi tingkat global dan Labuan Bajo yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor pariwisata. Pilot ini akan diimplementasikan secepatnya setelah ekonomi lokal kembali menjadi normal.

Setelah perkenalan yang sukses dari pilot project ini, Siklus akan melanjutkan operasional dan menjalankannya sebagai model bisnis berkelanjutan. IWP berkomitmen untuk mendukung Siklus dengan menyebarkan isi ulang sebagai alternatif model isi ulang ke daerah pedesaan dan terpencil lainnya di Maluku, Sumatera, NTT, Bali, Jawa, dan Sulawesi.

Pilot project ini diharapkan dapat digaungkan ke seluruh Indonesia. Tujuannya agar peningkatan ekonomi pariwisata pascapandemi, dapat dibarengi dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup dan kelestarian alam. Pariwisata maju tentu harus dilengkapi dengan alam indah dan iklim yang sehat.

Baca juga: Empat salah kaprah soal ekowisata

Baca juga: Menyusun kepingan sejarah di Museum Mosaik Zeugma dan Sanliurfa

Baca juga: Pandemi dorong perubahan ke arah pariwisata berkualitas

 

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021