Festival Budaya Pasar Terapung 2021 menjadi tonggak bangkitnya wisata Kalimantan Selatan setelah selama hampir dua tahun terjadinya pandemi COVID-19, salah satu nadi perekonomian warga tersebut seakan mati suri...pelaksanaan kegiatan Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2021 berjalan dengan sukses.
Sehingga kegiatan yang digelar selama tiga hari sejak 22-24 Oktober 2021 oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, seakan menjadi tonggak bangkitnya kembali pariwisata provinsi ini, yang juga diharapkan menjadi pertanda menggeliatnya perekonomian warga.
Mati surinya sektor pariwisata selama COVID-19 di Kalimantan Selatan, seakan menjadi simbol melemahnya perekonomian warga di provinsi ini juga, bukan hanya sektor kuliner, tetapi juga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), perhotelan dan lainnya, juga terdampak cukup parah selama COVID-19.
Sehingga wajar, bila diselenggarakannya kembali festival Pasar Terapung, yang sebelumnya merupakan agenda tahunan dan masuk dalam agenda wisata nasional tersebut, disambut dengan suka cita oleh sebagian warga Banjarmasin.
Berbagai kegiatan yang disuguhkan selama tiga hari pelaksanaan festival, seakan mampu mengobati kerinduan masyarakat akan suguhan wisata budaya.
Atraksi 100 Acil Jukung, mampu memanjakan mata pengunjung di hari pertama, dan dilanjutkan malam harinya, lomba perahu hias menghiasi Sungai Martapura, yang digelar bersamaan dengan workshop foto dan video di area podcast.
Baca juga: Menparekraf dorong Pengembangan wisata sungai di Banjarmasin
Kegiatan kemudian dirangka dengan lomba pawai budaya dan fashion carnaval dengan menampilkan berbagai kreativitas para peserta yang dipusatkan di panggung koloseum.
Puncak kegiatan dilaksanakan pertunjukan water show & laser yang membuat Sungai Martapura semakin semarak.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalsel, M Syarifudin menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2021 berjalan dengan sukses.
Ia mengutarakan harapannya agar kegiatan ini dapat memberikan harapan ke depan bahwa Kalimantan Selatan bisa tetap berkegiatan yang sama, karena sudah lama tidak ada acara-acara kebudayaan akibat dampak dari pandemi.
"Ini merupakan tonggak kebangkitan kita dalam melaksanakan kegiatan di bidang pariwisata yang diharapkan juga bisa kembali menggerakkan roda perekonomian Kalimantan Selatan," kata Syarifudin.
Sedot perhatian
Bukan hanya warga Kota Banjarmasin yang antusias mengikuti festival Budaya Pasar Terapung, tetapi juga seluruh pemerintah kabupaten dan kota di Kalsel juga menyambut acara tersebut.
Hal itu ditandai dengan keikutsertaan pemerintah daerah dari seluruh Kalsel dengan membuka stand di area Kampung Banjar, dalam rangka memperkenalkan kuliner serta potensi kerajinan masing-masing daerah.
Festival yang sempat ditunda satu tahun akibat pandemi COVID-19 itu nyatanya berhasil menyedot perhatian masyarakat, dan diharapkan dapat menjadi salah satu panduan penyelenggaraan kegiatan wisata dan budaya di provinsi ini.
Salah satu yang menarik perhatian adalah adanya "human board" atau manusia papan yang berkeliling di area kegiatan, untuk mengingatkan pengunjung menerapkan protokol kesehatan yang ketat selama di lokasi.
Selain itu, untuk menekan angka penularan COVID-19, panitia penyelenggara juga menyediakan tempat cuci tangan dan pembatasan pengunjung.
Bahkan untuk mendukung percepatan penanganan COVID-19 di Kalimantan Selatan, vaksinasi massal pun juga digelar di lobi Kantor Gubernur yang diikuti 150 peserta dari berbagai kalangan, yang sudah mendaftar secara daring.
Vaksin yang disediakan pun untuk dua dosis, yakni 50 dosis vaksin pertama yang menggunakan Astrazeneca dan 100 dosis vaksin kedua yang menggunakan Sinovac.
Hal itu juga ditujukan untuk menekan risiko terjadinya penularan virus di area wisata, dan mencegah terbentuknya klaster baru seperti yang dikhawatirkan banyak kalangan.
Pada Minggu (24/10) sore, Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2021 resmi ditutup, setelah pada pagi harinya digelar perlombaan jukung B6.
Lima ajang
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bersama Pengusaha Event dan Organizer (Perpeo) mempersiapkan sebanyak lima event atau ajang besar untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi di sektor pariwisata Kalimantan Selatan.
Lima ajang lokal yang diharapkan bisa menjadi ikon Banua, antara lain Suara Semesta, Kilau Sasirangan, Borneo Islamic Expo 2022, Borneo Culture Motoshow Custom, serta Kalsel Triathlon Sport Tourism.
"Di Jawa itu ada Banyuwangi Festival dan Jazz Prambanan. Nah, kita ingin membuat event yang bisa berskala nasional dan menjadi perputaran ekonomi bersama. Mungkin nanti kita kolaborasi dengan PHRI dan ASITA," kata Muhammad Rosyadi.
Pihaknya mengatakan, dalam pelaksanaan setiap ajang tersebut, akan diselenggarakan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Baca juga: Menparekraf nilai wisata Tahura Sultan Adam Kalsel sangat cantik
Sekretaris Daerah Kalsel Roy Rizali Anwar di Banjarbaru mengatakan, diharapkan pada 2022 pertumbuhan ekonomi dan pariwisata Kalsel yang kini terganggu pandemi COVID-19 kembali bangkit.
Sehingga, kata dia, perlu gebrakan yang bisa mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan pariwisata tersebut, oleh berbagai pihak.
Sekretaris Daerah Kalsel, Roy Rizali Anwar meminta agar Perpeo membedah lagi konsep lima ajang yang akan berlangsung pada tahun 2022 mendatang.
Baca juga: Menparekraf nilai Kalsel miliki wisata religi bertaraf dunia
Kajian terhadap beragam ajang tersebut, lanjutnya, diharapkan mencakup seperti detailnya dan apa saja yang perlu ditambahkan, di mana selanjutnya akan disampaikan lagi pada rapat pekan depan, termasuk membahas aturan prokesnya.
"Bukan hanya tahun 2022, tahun 2021 paling tidak sudah ada event," kata Roy.
Ia melanjutkan, pada tahun 2021 ini, diharapkan lima event yang digagas Perpeo gencar dipromosikan dengan melibatkan startup atau perusahaan rintisan, animasi, dan sebagainya.
Kepala Bappeda Kalsel, Nurul Fajar Desira, menyambut hangat usulan dari Perpeo Kalsel, sekaligus mengungkapkan mengenai indikator performa event yang baik bagi sektor pariwisata suatu daerah, yaitu mendatangkan wisatawan mancanegara, mendatangkan wisatawan domestik, memperpanjang lama tinggal dengan target minimal tiga hari.
"Dukungan untuk ekonomi lokal juga menjadi faktor keberhasilan dari penyelenggaraan pariwisata daerah," kata Nurul Fajar Desira.
Baca juga: Megi, sang pembawa perubahan dari pedalaman Meratus
Pewarta: Ulul Maskuriah/Latif Thohir
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021