• Beranda
  • Berita
  • Pakar ingatkan pemetaan lokasi rawan banjir perlu diintensifkan

Pakar ingatkan pemetaan lokasi rawan banjir perlu diintensifkan

27 Oktober 2021 13:57 WIB
Pakar ingatkan pemetaan lokasi rawan banjir perlu diintensifkan
Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman Yanto, Ph.D. ANTARA/Wuryanti Puspitasari.

Pemetaan yang akurat terkait lokasi rawan banjir atau prakiraan wilayah berpotensi terkena banjir sangat diperlukan

Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman Yanto, Ph.D mengingatkan perlunya mengintensifkan pemetaan lokasi rawan banjir guna mendukung upaya pengurangan risiko bencana.

"Pemetaan yang akurat terkait lokasi rawan banjir atau prakiraan wilayah berpotensi terkena banjir sangat diperlukan, terutama di tengah peningkatan curah hujan seperti sekarang ini," kata Yanto di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.

Dia juga mengatakan prediksi banjir yang mendekati waktu nyata (near real time) juga perlu dibuat pada skala wilayah yang kecil, misal wilayah desa.

Baca juga: Akademisi: Perkuat mitigasi dengan peningkatan kapasitas masyarakat

"Ini memang sulit, namun pemerintah melalui BMKG dengan perangkat teknologi yang dimilikinya dapat bekerja sama dengan para peneliti untuk menyusun model prakiraan banjir yang lebih mendekati waktu nyata," katanya.

Dengan demikian, kata dia, masyarakat yang mungkin berpotensi terdampak banjir memiliki waktu yang cukup untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan dari bencana tersebut.

Dia menambahkan bahwa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengingatkan bahwa peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat meningkatkan kemungkinan terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan angin kencang.

Baca juga: Unsoed Purwokerto segera laksanakan perkuliahan tatap muka

Terkait imbauan BMKG tersebut, kata dia, maka perlu penguatan mitigasi bencana guna meminimalkan risiko yang ditimbulkan, salah satunya dengan membuat pemetaan.

"La Nina adalah fenomena anomali suhu muka air laut di Samudera Pasifik yang berdampak pada meningkatnya curah hujan, terutama di Indonesia," katanya.

"Hal ini karena anomali suhu tersebut mengakibatkan meningkatnya massa air menguap dari Samudera Pasifik dan bertambahnya kecepatan angin yang membawa massa air tersebut ke arah Indonesia," lanjutnya.

Baca juga: Pengamat: Pemerintah sudah lakukan kebijakan terukur tangani COVID-19

Dampak yang dapat dideteksi dari La Nina, kata dia, adalah meningkatnya curah hujan. Sementara itu curah hujan yang turun di Indonesia berfluktuasi dari waktu ke waktu.

"Sayangnya, hujan ekstrem tersebut tidak tersebar secara merata sehingga sulit untuk memperkirakan daerah mana yang akan mengalami banjir dan mana yang tidak," katanya.

Baca juga: Cegah banjir, Pemkab Tangerang normalisasi aliran sungai

Wilayah yang di waktu-waktu sebelumnya tidak banjir, tambah dia, sangat mungkin terkena banjir pada tahun ini atau tahun-tahun mendatang karena variasi sebaran hujan ekstrem tersebut.

"Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di daerah rawan banjir, harus bersiap dengan kemungkinan bencana banjir, meski tahun-tahun sebelumnya tidak mengalami kejadian banjir," katanya.

Baca juga: DLH Lebak ingatkan pengembang bangun resapan air cegah banjir
 

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021