Tema tersebut digaungkan sebagai upaya menggiatkan sosialisasi konsep sustainable fashion sebagai gaya hidup di era new normal, sejalan dengan prinsip thayyiban (kebaikan) yang merupakan bagian dari gaya hidup halal.
Baca juga: Layanan Syariah LinkAja hadir di ISEF 2021
National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma mengatakan tema tersebut merupakan bentuk respons terhadap kondisi pasar dan isu fesyen berkelanjutan yang tengah berkembang secara global.
“Dunia 10 tahun belakangan ini memang sedang concern dengan isu sustainbility. Di awal tahun 2000-an, muncul fast fashion yang berdampak negatif. Yang tadinya konsep fesyen itu slow, setahun hanya dua kali membuat koleksi, kini setahun bisa sampai dua belas kali,” kata Ali kepada ANTARA di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis.
Ia mengatakan saat ini konsumsi fesyen sekali pakai berkembang semakin cepat yang dipicu oleh harga produk murah sehingga mendorong konsumen membeli secara berlebihan. Harga murah tersebut, lanjut Ali, bukan diperoleh melalui pengurangan cost produksi melainkan menekan harga tenaga kerja menjadi lebih murah.
“Kalau orang setiap bulannya itu membuang atau mengganti pakaian, kita bisa bayangkan berapa juta pieces setiap harinya. Ini yang akhirnya menjadikan polusi di lingkungan,” tambahnya.
Baca juga: Wapres: Industri halal berperan strategis tingkatkan ekonomi nasional
Melihat kondisi tersebut, Ali mengaku dirinya juga merasa bertanggung jawab untuk ikut merespon kondisi iklim global yang semakin memburuk. Ia menilai produk-produk busana muslim masih didominasi oleh bahan sintetis yang kurang ramah lingkungan.
“Untuk konsep ISEF tahun ini, saya berharap supaya industri busana muslim itu in-line bukan sekadar tren tetapi juga gaya hidup sustainability. Karena sustainable fashion itu bukan perihal tren yang tahun depannya bisa hilang. Ini memang perubahan gaya hidup, yang mau tidak mau, harus kita jalankan terus ke depannya. Kalau tren akan berubah-ubah, landasannya harus tetap sustainable,” terang Ali.
Sustainable Muslim Fashion ISEF diselenggarakan secara daring dan luring di Jakarta Convention Center (JCC) mulai Rabu (27/10) hingga Sabtu (30/10). Acara ini diinisiasi oleh Bank Indonesia yang bersinergi dengan Indonesian Fashion Chamber dan Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC).
Gelaran ini terdiri dari rangkaian kegiatan pameran, talkshow, business matching, competition, serta fashion show busana muslim karya para perancang mode Indonesia dan anggota Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA).
Pada hari kedua, rangkaian fashion show diawali dengan Fashion Parade 3 yang menampilkan karya dari Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Bengkulu X Rengganis, Kursien Karzai, Nina Nugroho, Agus Sunandar, Batik Dwi Putro / Batik Kampung Katak, dan sebagainya.
Dilanjutkan dengan Fashion Parade 4 yang menampilkan koleksi dari Tiyasa X Zya Indonesia, Vee House by Alvy Oktrisni, Ayu Dyah Andari, Nunik Mawardi, Meeta Fauzan, dan sebagainya.
Sustainable Muslim Fashion ISEF tahun ini memberikan pengalaman berbeda bagi para desainer untuk mempresentasikan karyanya di atas runway dengan konsep teatrikal. Pada hari kedua, Fashion Presentation menampilkan koleksi OLANYE by Eko Tjandra X Pyo Jewelry, Songket by Kabupaten Batubara, Elsiera X Tya’s dari Islamic Fashion Institute, Thiffa Qaisty X Rorokenes, IR & IR, Aninda Nazmi, dan Agung Bali Collection X Wati Bahalap.
Baca juga: Wapres: Pengeluaran untuk produk halal capai 2,4 triliun dolar di 2024
Baca juga: Upaya ISEF 2021 jadikan Indonesia pusat pengembangan fashion muslim
Baca juga: Inspirasi di balik koleksi "Yukenwerit Enitaim" Najua-Bellabaric
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021