"Vaksinasi adalah salah satu bagian dari perlawanan terhadap musuh kita saat ini, kita sebagai generasi pewaris dari Sumpah Pemuda yang nanti menjadi proklamasi mengambil bidang, yaitu penguatan imunitas tubuh dengan vaksinasi," kata Kepala BPIP Prof. Yudian Wahyudi, di sela membuka vaksinasi massal di Yogyakarta, Kamis.
Oleh karena itu, kegiatan Kolaborasi Sentra Vaksinasi bertema "Peranan Pemuda dalam Strategi Pemulihan Pasca-COVID-19" dengan tagline "Pemuda Sehat, Indonesia Kuat, Pemuda Hebat, Indonesia Bermartabat" dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda ini, menjadi momentum tepat dalam melawan COVID-19.
Apalagi, kata dia, kegiatan vaksinasi itu digelar atas kolaborasi dan kerja sama antara BPIP, Kepolisian Daerah (Polda) DIY, Pemerintah Daerah DIY, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga sebagai lokasi pelaksanaan vaksinasi massal.
"Saya harap begitu, karena sampai hari ini sudah sangat lama kita melawan COVID-19, tapi mudah-mudahan kita berdoa dengan vaksinasi secara total di seluruh Indonesia, mudah-mudahan per 1 Januari (2022) kita sudah dibebaskan dari Perang Dunia ke-3 ini," katanya.
Kepala BPIP juga mengatakan, kalau dipandang dari sudut bahasa agama, apabila bangsa bisa melawan dan terbebas dari COVID-19, maka sudah dianggap lulus ujian dari Tuhan Yang Maha Esa.
"Karena bagaimanapun COVID-19 ini kalau pakai bahasa agama, pakai bahasa Ketuhanan Yang Maha Esa, itu merupakan ujian dari Tuhan kepada kita, nanti yang lulus naik tingkat," katanya.
Dia juga mengatakan dalam momentum Sumpah Pemuda kali ini persoalan yang dihadapi berbeda dengan para pemuda dulu yang berperang melawan penjajahan fisik yang sudah lama menduduki Indonesia, tapi hari ini dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda menghadapi musuh tidak terlihat yang disebut dengan Perang Dunia ke-3.
"Namanya COVID-19, barangnya nggak kelihatan, tetapi membunuh siapa saja yang tidak menggunakan alat perang yang dalam konteks ini preventifnya adalah masker minimal, nanti kalau sudah sakit atau kena baru medis bicara lebih lanjut," katanya.
Meski demikian, kata dia, tenaga medis yang di dalam perang dilindungi oleh hukum internasional, sehingga tidak boleh menjadi sasaran tembak, tetapi perang melawan COVID-19 ini justru terbaik, tenaga medislah yang pertama gugur.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021