• Beranda
  • Berita
  • AS prihatin atas peningkatan operasi militer di Myanmar

AS prihatin atas peningkatan operasi militer di Myanmar

1 November 2021 19:23 WIB
AS prihatin atas peningkatan operasi militer di Myanmar
Arsip - Tentara berdiri di samping kendaraan militer ketika orang-orang berkumpul untuk memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, 15 Februari 2021. REUTERS/Stringer
Amerika Serikat menyatakan keprihatinan atas peningkatan operasi militer di Myanmar, termasuk di Chin, negara bagian tempat lebih dari 100 rumah dan gereja dilaporkan telah dihancurkan dalam serangan militer.

Sejak kudeta 1 Februari yang mengacaukan Myanmar, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan media lokal baru-baru ini melaporkan penumpukan pasukan dan alat berat yang mengindikasikan serangan yang akan segera dilakukan oleh militer yang berkuasa.

"Kami juga sangat prihatin atas intensifikasi operasi militer pasukan keamanan Myanmar di berbagai bagian negara itu," kata Departemen Luar Negeri AS pada Minggu (31/10).

AS menuding pasukan keamanan Myanmar melakukan pelanggaran HAM berat, yang disebut AS menunjukkan ketidakpedulian rezim Myanmar terhadap kehidupan dan kesejahteraan rakyat.

Para saksi, kelompok bantuan, dan media lokal telah melaporkan pembakaran rumah dan eksodus orang-orang dari Kota Thantlang di Negara Bagian Chin.

Salai, seorang anggota milisi anti junta, mengatakan tentara menembakkan artileri ke kota itu pada 29 Oktober yang memicu kebakaran di beberapa rumah.

Tentara kemudian membakar rumah-rumah, kata Salai, yang menyatakan bahwa dia bisa melihat peristiwa itu dari sebuah bukit yang menghadap ke kota.

"Kami melihat asap dan kami tahu bahwa beberapa rumah kami terbakar. Tidak ada yang bisa kami lakukan, hanya bisa menyaksikan pembakaran itu," kata dia kepada Reuters.

Baca juga: Biden, ASEAN kecam junta militer Myanmar

Rekaman pesawat nirawak pada hari berikutnya menunjukkan 164 rumah dan dua gereja hancur, ujar Salai, sementara Reuters belum melihat rekaman itu.

Juru bicara junta tidak menanggapi panggilan telepon untuk meminta komentar.

Tentara menyebut milisi sebagai "teroris" yang berniat menghancurkan negara.

Sejak kudeta, ribuan orang telah meninggalkan Negara Bagian Chin ke negara tetangga Myanmar, India.

Seorang tetua setempat di Thantlang, yang mengelola kamp-kamp pengungsi, mengatakan hanya satu keluarga yang tersisa di kota itu.

"Rumah adalah tempat hati kami berada. Orang-orang di sini khawatir bahwa sisa rumah akan dibakar oleh mereka. Ini adalah kekhawatiran terbesar kami."

Portal berita DVB mengutip politisi Thantlang Salai Dokhar yang mengatakan kebakaran sedang berlangsung dan 270 rumah telah dibakar.


Sumber: Reuters

Baca juga: KTT ASEAN dimulai tanpa kehadiran Myanmar

Baca juga: Utusan PBB terkait Myanmar desak pimpinan junta mundur


 

Presiden Jokowi minta ASEAN tetap tawarkan bantuan ke Myanmar

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021