Banjir di Tangse Akibat Pembalakan Liar

11 Maret 2011 21:48 WIB
Banjir di Tangse Akibat Pembalakan Liar
Pembalakan liar (FOTO ANTARA/FB Anggoro)
Tangse, Pidie (ANTARA News) - Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menegaskan, banjir bandang yang melanda beberapa desa di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Kamis (10/3) malam, disebabkan pembalakan liar

"Ini tidak bisa dipungkiri bahwa musibah banjir bandang yang menelan korban jiwa ini disebabkan illegal logging. Buktinya sudah ada di hadapan kita," katanya ketika meninjau lokasi banjir terparah di Desa Peunalon, Kecamatan Tangse, Jumat.

Gubernur yang didampingi Ketua DPR Aceh Hasbi Abdullah terpaksa berjalan kaki sejauh empat kilometer untuk bisa mendekat ke lokasi, karena jalan tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, akibat longsor dan jempatan rusak.

Gubernur menyaksikan ratusan batang balok kayu bergelimpangan di lokasi bekas banjir. Kayu-kayu yang bekas dipotong tersebut dibawa banjir dari kawasan hutan.

Hal senada dikemukakan Hasbi Abdullah yang menyebutkan, penebangan liar ini sudah berlangsung lama di dalam hutan, sehingga ketika banjir dibawa ke permukiman penduduk.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Daerah WALHI Aceh Teuku Muhammad Zulfikar menyatakan, musibah tersebut disebabkan berbagai kasus illegal logging di wilayah tersebut. Pihak kepolisian sudah berkali-kali menangkap truk pengangkut kayu olahan hasil perambahan dengan jumlah banyak.

Kayu-kayu tersebut diturunkan dari daerah pegunungan seperti, Kecamatan Geumpang, Tangse dan Mane serta daerah-daerah pegunungan lainnya di Pidie. Ini artinya kinerja pengawasan petugas penjaga hutan di daerah pegunungan Tangse masih rendah.

Bencana serupa juga pernah terjadi di Tangse pada tahun 1985, yang menyebabkan sebagian besar permukiman Beungga, Kecamatan Titeu Keumala serta 5 kecamatan di sekitarnya terendam banjir, sejumlah penduduk meninggal dunia dan hancurnya berbagai fasilitas publik.

"Dari kejadian ini tentunya mengingatkan kita dan juga semua pihak, terutama pemerintah untuk lebih tanggap terhadap upaya pemulihan kondisi hutan," katanya.

Selain melakukan peningkatan kelestarian hutan untuk kepentingan keseimbangan tata air dan lingkungan hidup, diharapkan pemerintah dapat lebih serius dalam mengupayakan pelestarian hutan.

Banjir bandang di Tangse yang terjadi pukul 23.30 WIB itu mengakibatkan 12 orang meninggal, seratusan rumah hancur, rusak berat, dan ringan.

Banjir menyusul hujan deras selama dua hari di daerah pegunungan itu juga merusak berbagai fasilitas publik. Ruas jalan Tangse-Geumpang juga mengalami gangguan, setelah longsor di Desa Alue Lhok, berbatasan Kecamatan Mane.
(A042/H-KWR)


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011