• Beranda
  • Berita
  • Minyak naik karena prospek permintaan meski China merilis cadangan BBM

Minyak naik karena prospek permintaan meski China merilis cadangan BBM

2 November 2021 05:25 WIB
Minyak naik karena prospek permintaan meski China merilis cadangan BBM
Ilustrasi - Miniatur pompa sumur minyak cetak 3D terlihat di depan grafik stok yang ditampilkan dan logo OPEC (14/4/2020). ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/aa.
Minyak menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena ekspektasi permintaan yang kuat dan keyakinan bahwa kelompok produsen utama tidak akan membuka keran terlalu cepat membantu membalikkan kerugian awal yang disebabkan oleh pelepasan cadangan bahan bakar oleh konsumen energi dunia nomor satu China.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember menguat 99 sen atau 1,1 persen, menjadi berakhir di 84,71 dolar AS per barel setelah mencapai terendah sesi di 83,03 dolar AS.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember terangkat 84 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup di 84,05 dolar AS per barel, setelah sebelumnya jatuh ke 82,74 dolar AS.

Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa harga minyak diperkirakan akan bertahan mendekati 80 dolar AS pada akhir tahun, karena persediaan yang terbatas dan tagihan gas yang lebih tinggi mendorong peralihan ke minyak mentah untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.

Minyak reli ke tertinggi multi-tahun minggu lalu, dibantu oleh rebound permintaan pasca-pandemi dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+, tetap berpegang pada peningkatan produksi bulanan bertahap sebesar 400.000 barel per hari (bph), meskipun ada permintaan untuk lebih banyak minyak dari konsumen utama.

Peningkatan produksi minyak OPEC pada Oktober tidak mencapai kenaikan yang direncanakan berdasarkan kesepakatan dengan sekutu, survei Reuters menemukan pada Senin (1/11/2021), karena pemadaman paksa di beberapa produsen kecil mengimbangi pasokan yang lebih tinggi dari Arab Saudi dan Irak.

OPEC+ yang akan bertemu pada Kamis (4/11/2021), membahas rencananya tentang produksi minyak mentah. Grup ini secara bertahap mengurangi rekor pengurangan produksi yang dibuat tahun lalu.

"Diragukan" apakah OPEC+ akan meningkatkan produksi minyaknya ke tingkat yang lebih besar, Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, mengatakan Senin (1/11/2021) dalam sebuah catatan.

"Komentar yang dibuat oleh dua negara terkemuka dalam aliansi, Arab Saudi dan Rusia, menunjukkan bahwa produksi pada Desember akan ditingkatkan seperti yang direncanakan sebesar 400.000 barel per hari. Dua kelas berat lainnya - Irak dan Kuwait - baru-baru ini menyatakan pandangan yang sama," kata dia.

"Kami merasa bahwa posisi mereka akan menjadi posisi di mana status quo akan dipertahankan sementara 'kedip dan anggukan' akan diberikan dalam menerima pelanggaran kuota jika nilai Brent naik kembali ke wilayah tertinggi baru 7 tahun," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.

Presiden AS Joe Biden pada Sabtu (30/10/2021) mendesak negara-negara penghasil energi utama G20 dengan kapasitas cadangan untuk meningkatkan produksi guna memastikan pemulihan ekonomi global yang lebih kuat, bagian dari upaya luas untuk menekan OPEC+ untuk meningkatkan pasokan.

Harga minyak naik meskipun China mengatakan dalam pernyataan resmi yang langka bahwa mereka telah merilis cadangan bensin dan solar untuk meningkatkan pasokan pasar dan mendukung stabilitas harga di beberapa wilayah.

Exxon dan Chevron sedang berupaya untuk menambah rig pengeboran di cekungan serpih Permian setelah memotong tajam kru dan produksi di wilayah tersebut tahun lalu, kata perusahaan tersebut pada Jumat (29/10/2021).

Baca juga: Emas terdongkrak 11,9 dolar, pertemuan Fed mendatang jadi fokus
Baca juga: Rupiah ditutup melemah jelang pertemuan The Fed
Baca juga: IHSG ditutup turun dipimpin sektor teknologi dan keuangan

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021