“Kami sangat bersyukur mengingat setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya di tengah pandemi COVID-19 pada kesempatan pagi ini, Biskita Transpakuan dapat hadir sebagai layanan angkutan umum massal dengan konsep Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Bogor,” kata Kepala BPTJ, Kementerian Perhubungan, Polana B. Pramesti, di kantor Walikota Bogor pada Selasa.
Oleh karena masih dalam uji coba, Polana mengatakan layanan Biskita masih perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan. Pengoperasian unit bus maupun koridor pun akan dilakukan secara bertahap.
Biskita Transpakuan merupakan akronim dari Bus Inovatif, Solusi Transportasi Perkotaan Terintegrasi dan Andal. Layanan transportasi massal ini adalah upaya bersama antara Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) dan Pemerintah Kota Bogor melalui subsidi berbasis skema Buy The Service (BTS) dan mengusung konsep Bus Rapid Transit (BRT).
Polana mengatakan upaya yang didorong oleh BTPJ ini baru terealisasi pada tahun ini dengan Kota Bogor terpilih sebagai pilot project penerima subsidi skema BTS. Terpilihnya Kota Bogor, lanjutnya, tidak lain karena dianggap memiliki komitmen dalam melakukan pembenahan transportasi perkotaan di wilayahnya serta mendapat dukungan dari legislatif.
“Konsep BRT yang menjadi acuan standar pelayanan yang mensyaratkan pemenuhan berbagai aspek seperti keselamatan, kenyamanan dan kemudahan pelayanan, bahkan didukung juga dengan teknologi digital di mana nanti menggunakan aplikasi sehingga dapat memudahkan masyarakat,” ujarnya.
Biskita Transpakuan terintegrasi dengan layanan digital, mulai dari sistem pembayaran hingga pengawasan.
Sama seperti Transjakarta, pembayaran bisa dilakukan menggunakan e-money. Untuk memudahkan penumpang, Biskita Transpakuan menyediakan aplikasi untuk memantau jarak kedatangan maupun keberangkatan bus. Aplikasi bisa diunduh melalui Playstore pada gadget yang berbasis android.
Pelibatan teknologi digital juga dilakukan dengan pemasangan berbagai peralatan berbasis internet Internet of Things (IoT), seperti passenger counting, GPS Tracking, dan camera surveillance pada setiap unit bus, untuk mendukung aspek monitoring, pengawasan, dan keselamatan.
“Di dalam bus bisa dimonitor oleh kami di control room, bagaimana perilaku penumpang, bagaimana kondisi di dalam bus, bagaimana supirnya, dan sebagainya,” ujarnya.
Secara keseluruhan program BTS di Kota Bogor direncanakan akan tersedia 49 unit bus berukuran sedang yang melayani empat koridor, meliputi Koridor 1 Teriminal Bubulak – Sidangiang; Koridor 2 Terminal Bubulak – Ciawi; Koridor 5 Ciparigi – Stasiun Bogor; dan Koridor 6 Parung Benteng – Air Mancur Bogor.
Polana berharap nantinya Pemerintah Kota Bogor dapat memastikan keberlanjutan layanan ini dengan membuat kebijakan yang bersifat pust policy, seperti pembatasan penggunaan kendaraan pribadi agar masyarakat lebih memilih menggunakan angkutan umum.
“Kami juga mengharapkan bukan hanya orang yang naik angkot naik bus, tapi yang biasa naik mobil pribadi bisa naik bus. Karena busnya nyaman dilengkapi dengan semua aplikasi canggih sehingga dan jadwal waktunya sudah di situ. Jadi marilah kita naik Biskita supaya kota Bogor bisa lebih lancar traffic-nya,” pungkasnya.
Baca juga: BISKITA TRANSPAKUAN sediakan aplikasi untuk lihat jadwal bus
Baca juga: Satgas COVID-19 Bogor amankan kendaraan travel gelap angkut pemudik
Baca juga: Pulo Geulis, magnet wisata baru di Bogor
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021