Meskipun terdapat bukti ilmiah bahwa merokok dapat memperparah COVID-19, bahwa mayoritas perokok tidak mempercayai bukti ilmiah tersebut.
Hasil penelitian kerja sama Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), dan Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia menunjukkan bahwa COVID-19 tidak menjadi motivasi perokok untuk berhenti dari kebiasaan menghisap asap tembakau.
“Korelasi antara COVID-19 dengan pengurangan merokok masih terbatas, terutama bagi mereka yang saat ini masih merokok. Mereka pun menjadi kelompok yang rentan terpapar COVID-19,” kata Wakil Tim Peneliti Krisna dalam webinar “Tapak Tilas Advokasi Harga Rokok di Indonesia”, Selasa.
Meskipun terdapat bukti ilmiah bahwa merokok dapat memperparah COVID-19, Krisna mengatakan bahwa mayoritas perokok tidak mempercayai bukti ilmiah tersebut.
Sebaliknya, berdasarkan penelitian pada Mei 2021 itu, sebanyak 84 persen dari responden mantan perokok dan bukan perokok mempercayai bahwa perilaku merokok tidak menguntungkan terutama saat mereka terjangkit COVID-19.
Sementara itu, dari penelitian pada Desember 2020 sampai Januari 2021, sebanyak 3 persen dari 412 responden perokok mengaku meningkatkan konsumsi rokok selama 10 bulan pandemi COVID-19 menyebar di Indonesia.
Baca juga: Alasan virus corona lebih suka menyerang pria ketimbang wanita
Baca juga: Kemenkes: Kebiasaan merokok generasi muda dapat ancam bonus demografi
Di samping itu, 55 persen responden tidak mengubah jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Hanya 42 persen responden yang mengaku mengurangi konsumsi rokoknya.
“Berdasarkan tindak lanjut penelitian tersebut, yang berupa wawancara mendalam, kami menemukan bahwa perokok mengurangi konsumsi rokok untuk menghemat belanja mereka,” terang Krisna.
Sementara itu, perokok yang meningkatkan konsumsi rokoknya di tengah COVID-19 beralasan bahwa mereka telah kecanduan dan tidak bisa berhenti merokok lagi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 24 persen responden rokok yang beralih kepada rokok dengan harga lebih murah untuk menghemat pengeluaran mereka.
“Kami melihat bagaimana harga menjadi pertimbangan bapak dan ibu yang masih merokok. Harga juga menentukan rokok mana yang dipilih sehingga kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan harga rokok akan memengaruhi pengambilan keputusan di level individu,” ucapnya.
Baca juga: Peneliti: vape salah satu cara hentikan kebiasaan merokok
Baca juga: Omega-3 bisa kurangi kebiasaan merokok
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021