• Beranda
  • Berita
  • Ilmuwan Australia Teliti Pemulihan Otak Secara Mandiri

Ilmuwan Australia Teliti Pemulihan Otak Secara Mandiri

14 Maret 2011 16:15 WIB
Ilmuwan Australia Teliti Pemulihan Otak Secara Mandiri
Ilustrasi (Istimewa)
Melbourne (ANTARA News/AAP-OANA) - Sejumlah ilmuwan Australia terjun dalam upaya global menemukan kemampuan otak supaya dapat memulihkan dengan sendiri. Para ilmuwan berupaya meneliti apakah erythropoietin, dikenal sebagai EPO, obat yang biasa menjadi sorotan publik bila atlit kedapatan menggunakan obat tersebut untuk curang, dapat meningkatkan kemampuan otak agar bisa pulih dari kerusakan traumatis.

Dogma sejak 10 tahun lalu meyakini bahwa otak "sama sekali tidak mampu menciptakan neuron baru... bila mereka hilang maka tidak dapat digantikan," jelas profesor Cristina Morganti-Kossmann dari National Trauma Research Institute (NTRI) di Rumah Sakit Alfred, berlokaki di Melbourne. "Tetapi ada bukti yang menunjukkan adanya sejumlah kecil neuron baru yang terus diciptakan, bahkan saat usia dewasa," katanya.

"Dan itulah yang banyak laboratorium di seantero dunia berusaha memahami, mengeksplorasi dan mencari cara meningkatkan fenomena endogen tersebut," jelasnya.

Laboratorium milik Ny. Morganti-Kossmann sedang melakukan penelitian selama tiga tahun pada tikus percobaan, yang akan memantau tanda-tanda pemulihan otak berkaitan dengan EPO serta obat lain yang dikenal sebagai faktor neurotropik berasal dari otak atau "brain-derived neurotrophic factor (BDNF)".

Penelitian ini bertujuan untuk memastikan bahwa kombinasi kedua obat lebih berpengaruh dibanding penggunaan secara masing-masing, serta memahami mekanisme pemulihan otak. Harapannya peneliti, agar dapat mengembangkan perawatan yang bisa digunakan oleh dokter pada penderita kerusakan traumatis otak, seperti korban kecelakaan mobil dengan langkah pemulihan yang dapat mengurangi tingkat kerusakan parah pada otak.

Pada 2008, Australia mencatat sekitar 700 kematian akibat kerusakan traumatis otak dan lebih dari 1.700 orang penderita membutuhkan perawatan jangka panjang. "Sayangnya, sejauh ini, belum ada perawatan yang manjur secara pengobatan yang mampu mencegah perkembangan kerusakan otak yang disebabkan oleh trauma," kata Morganti-Kossmann.

"Apa yang terjadi ialah Anda memiliki luka terlebih dahulu tetapi kami mengetahui bahwa dalam sejumlah jam, hari, minggu dan bahkan bulan selanjutnya akan ada degenerasi progresif otak," tambah peneliti itu.

"Lebih banyak sel neuron yang terus mati dan bisa berdampak besar tidak hanya pada kondisi fisik pasien tersebut, tetapi pada aspek psikologis dalam jangka panjang, seperti suasana hati, depresi, penyalahgunaan obat, ingatan dan daya konsentrasi yang kurang," jelasnya.

Diperkirakan EPO dapat mendorong pertumbuhan neuron baru yang diperlukan untuk pulih, serta menghentikan atau meredakan proses kemunduran otak. Percobaan klinik lain juga dilakukan oleh Rumah Sakit Alfred, bereksperimen penggunaan EPO secara tersendiri untuk mengobati kerusakan traumatis otak.

Sementara pengaruh EPO terhadap tubuh sudah dikenal, yaitu meningkatkan sirkulasi jumlah sel darah merah dan dalam proses oksigen dalam tubuh, sehingga menjadi godaan para atlit untuk disalahgunakan, sedangkan pengaruh terhadap otak masih kurang jelas.

Penelitian lain menunjukkan EPO bisa punya peran pada pengobatan mendatang untuk strok, kerusakan tulang belakang dan multiple sklerosis. Penelitian itu, dipimpin oleh peneliti NTRI Dr. Nicole Bye, telah mendapatkan dana sebesar 500.000 dolar Australia dari Victorian Neurotrauma Initiative.
(IFB)


Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011