• Beranda
  • Berita
  • Pakar sebut 'whole genome sequencing' Indonesia perlu ditingkatkan

Pakar sebut 'whole genome sequencing' Indonesia perlu ditingkatkan

4 November 2021 11:11 WIB
Pakar sebut 'whole genome sequencing' Indonesia perlu ditingkatkan
ilustrasi - Virus Corona. (ANTARA/Shutterstock/pri).

Tentu tidak terlalu tepat juga kalau membandingkan dengan negara maju

Pakar ilmu kesehatan dari Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan pemeriksaan whole genome sequencing untuk mengetahui penyebaran mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Indonesia masih perlu ditingkatkan.

"Karena kita bicara tentang varian baru, maka jumlah pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) harus terus ditingkatkan dari waktu ke waktu," kata Tjandra Yoga Aditama melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Kamis.

Laporan dari lembaga pengumpul data genom, GISAID, per 1 November 2021 menunjukkan bahwa Indonesia sudah mengirimkan 8.350 sampel. Sementara Singapura sudah mengirimkan 8.970 sampel, Filipina mengirim 12.681 sampel, India mengirim 72.325 sampel WGS ke GISAID kata Tjandra menambahkan.

Baca juga: LIPI sebut peningkatan monitor mutasi virus bisa dengan WGS

Baca juga: Meningkatkan surveilans genom lacak mutasi virus Corona COVID-19


"Tentu tidak terlalu tepat juga kalau membandingkan dengan negara maju, tetapi Amerika Serikat memang sudah memasukkan 1.466.011 WGS sampel ke GISAID dan Inggris sudah mengirimkan 1.109.311 sampel," katanya.

Menurut Tjandra WGS di Indonesia perlu ditingkatkan lagi sebagai upaya menghalau masuknya varian baru SARS-CoV-2 dari luar negeri maupun mutasi domestik.

Selain aktif melaporkan sampel WGS, Mantan Dirjen P2P dan Kepala Balitbangkes itu mendorong pembatasan sosial serta 3T berupa test, telusur dan terapi untuk mencegah serangan gelombang lanjutan.

"Berikutnya terus meningkatkan vaksinasi," katanya.

Data Kementerian Kesehatan per 31 Oktober 2021, kata Tjandra, menunjukkan 35,44 persen warga sudah mendapat vaksinasi dua kali, artinya masih sekitar 65 persen masyarakat sasaran yang belum dapat perlindungan secara lengkap.

"Di pihak lain, karena cakupan vaksinasi lansia adalah 24,57 persen, maka artinya tiga perempat kaum lansia Indonesia belum mendapat perlindungan optimal dengan vaksinasi lengkap ini," katanya.

Baca juga: Indonesia kirim 416 hasil pengurutan genom corona ke pusat data global

Baca juga: 14 WGS virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Indonesia dideteksi BPPT

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021