Data lembaga kesehatan Sciensano Belgia menunjukkan rata-rata 6.729 kasus dilaporkan per hari dalam dua pekan terakhir, naik 36 persen dari pekan sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir, rata-rata 164 pasien COVID-19 dirawat di rumah sakit per hari atau naik 31 persen, dan rata-rata 343 pasien COVID-19 masuk ke ruang perawatan intensif per hari.
Belgia menjalani lockdown kedua pada Oktober 2020, beberapa hari setelah mencatat jumlah kasus rawat inap serupa.
Pada Senin, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memasukkan Belgia ke dalam daftar negara berisiko tertinggi dan meminta pelaku perjalanan internasional yang belum divaksin lengkap untuk tidak mengunjungi negara itu.
"Mengingat situasi terkini di Belgia, bahkan pelaku perjalanan yang sudah divaksin penuh pun mungkin berisiko tertular dan menularkan varian COVID-19," kata CDC.
Anggota Uni Eropa lain yang masuk daftar itu di antaranya adalah Austria, Kroasia, Yunani, dan negara-negara Baltik.
"Saya pikir dengan vaksinasi segalanya akan beres, namun (virus) itu tetap ada," kata Erik Verpuylt, seorang pemasok di Brussels. "Pelan-pelan kita harus menganggap virus corona seperti halnya flu yang parah."
Lebih dari 8,6 juta penduduk atau 74 persen populasi Belgia telah menerima vaksin lengkap sehingga lockdown tidak diberlakukan lagi.
Namun, negara itu telah melonggarkan aturan pemakaian masker dalam beberapa bulan terakhir dan kini menghadapi lonjakan infeksi saat mendekati musim dingin.
"Mayoritas pasien yang dirawat adalah mereka yang belum divaksin atau (hanya) divaksin sekali," kata Inge Neven, manajer krisis yang menangani COVID-19 di Brussels.
"Orang-orang di ruang perawatan intensif hampir semuanya belum divaksin."
Selama pandemi, Belgia menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian akibat COVID-19 tertinggi di dunia. Sebagian besar kematian itu terjadi di panti-panti jompo selama gelombang pertama.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kasus COVID-19 di Belgia melonjak tajam
Pewarta: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021